Advertorial
Intisari-Online.com -Meski didasari atas tuduhan yang 'tak jelas' dan penuh intimidasi, penjualan TikTok kepada perusahaan Amerika Serikat sudah kian dekat.
Setidaknya itulah klaim dari Donald Trump yang menggembar-gemborkan transaksi tersebut akan sangat fantastis jika sampai terjadi.
Transaksi itu sendiri sebenarnya dianggap oleh sebagian pihak sangat tidak adil karena berdasarkan pada tuduhan yang belum jelas.
Di sisi lain, sikap Trump kepada TikTok yang menempatkan tenggat waktu penjualan sahamnya mendekati Pilpres AS juga disebut sangat intimidatif.
Bagaimana tidak mencurigakan, tanggal yang menjadi tenggat waktu penjualan saham TikTok kepada perusahaan AS hanya berselah 8 hari dari Pilpres AS.
Padahal, tuduhan masalah keamanan yang dilontarkan oleh Trump berkali-kali hingga saat ini belum benar-benar terbukti.
Namun, seberapa 'bejat' apapun masalah yang mendorong penjualan saham TikTok, dua perusahaan ini bisa dipastikan akan ketiban pulung.
Perusahaan apakah yang dimaksud?
Presiden Amerika Serikat ( AS) pada Sabtu (19/9/2020) merestui pembelian sebagian saham TikTok oleh dua perusahaan "Negeri Paman Sam" yakni Oracle dan Walmart.
TikTok sebelumnya hendak diblokir Trump di AS karena isu keamanan sosial, dan kini jalan kembali terbuka bagi aplikasi video itu untuk tetap beroperasi di sana.
"Saya rasa itu akan menjadi kesepakatan yang fantastis," kata Trump dikutip dari AFP.
"Saya sudah merestui kesepakatan itu. Jika mereka menyelesaikannya, itu bagus, jika tidak, juga tidak apa-apa."
Sebelumnya pada Jumat (18/9/2020) AS mengeluarkan larangan download TikTok, yang meningkatkan ketegangan dengan Beijing di sektor teknologi.
Para pengguna TikTok masih bisa terus mengakses aplikasi sampai 12 November.
Jangka waktu itu berpotensi memungkinkan terikatnya TikTok yang dimiliki ByteDance di China dengan perusahaan AS.
Sebuah alasan Trump untuk melindungi data guna mengatasi keamanan yang dipermasalahkan Washington.
Dengan Trump yang menghadapi jalan terjal di pilpres AS 2020, jajaran kabinetnya menggambarkan kebijakan-kebijakan ini penting untuk melindungi diri dari potensi spionase China melalui beragam platforms.
Kementerian Perdagangan China lalu memberikan tanggapan pada Sabtu, mengecam "intimidasi" AS dengan mengatakan itu melanggar norma perdagangan internasional.
Kemendag "Negeri Panda" juga menyebut tidak ada bukti ancaman keamanan, tak lama sebelum merilis daftar tindakan China untuk membalas AS, yang memungkinkan mereka memberi sanksi ke perusahaan-perusahaan asing.
Para kritikus Trump berpendapat, di saat risiko keamanan TikTok belum jelas, tindakan presiden ke-45 AS itu memunculkan kekhawatiran tentang kemampuan pemerintah mengatur kebebasan berekspresi.
Gesekan dengan Beijing di sektor teknologi ini menurut beberapa pakar juga lebih didasarkan ke persaingan daripada masalah keamanan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Restui Penjualan TikTok ke Oracle dan Walmart, Trump: Fantastis".Penulis : Aditya Jaya IswaraEditor : Aditya Jaya Iswara