Advertorial
Intisari-Online.com -Setelah sempat berkoar-koar mengancam untuk menutup TikTok jika sampai perusahaan tersebut tidak dijual, Presiden AS Donald Trump kini malah meminta jatah saham.
Memang saham tersebut bukan diperuntukkan bagi dirinya sendiri, namun bagi pemerintahan Amerika Serikat.
Namun, banyak pihak menilai apa yang dilakukan Donald Trump tersebut tak ubahnya seorang calo perdagangan.
Bahkan ada yang menganggap Trump seperti seorang preman kampungan yang memalak orang asing yang membangun usaha di kampungnya.
Dia memang berdalih tentang keamanan negara saat mendesak TikTok untuk menjual perusahaannya.
Trump saat itu mengklaim TikTok telah membobol keamanan Amerika Serikat, khususnya para warganya.
Namun, keinginan Trump agarMicrosoft membagi saham TikTok kepada pemerintah AS selang sehari setelah melontarkan ancaman kepada TikTok malah menuai kontroversi.
Lalu, apa sebenarnya alasan Trump meminta saham TikTok kepada Microsoft yang tak hanya dinilai tak etis tapi juga melanggar hukum tersebut?
Aplikasi berbagi video itu tengah digandrungi saat ini, dengan jumlah pengguna di seluruh dunia diyakini mencapai satu miliar. Namun, aplikasi itu jadi sorotan di AS karena diduga digunakan pemerintah China sebagai alat mengumpulkan data intelijen.
Trump menyatakan, dia memberikan waktu bagi ByteDance hingga pertengahan September untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Microsoft.
"Saya menetapkan tanggal 15 September, di mana mereka harus melepas operasionalnya di AS," tuturnya seperti dikutip AFP Senin (3/8/2020).
Presiden dari Partai Republik itu menerangkan, berapa pun harga yang nantinya disepakati kedua perusahaan, pemerintah harus mendapatkan bagian. "Amerika Serikat harus mendapatkan persentase besar karena kami sudah membuat (kesepakatan) ini terjadi," papar suami Melania tersebut.
Dia membandingkan permintaan itu seperti seorang pemilik tanah yang meminta "uang muka" kepada calon penyewa tanahnya. Praktik tersebut disebut ilegal termasuk di New York, di mana sang presiden membangun kerajaan real estate dan membuatnya menjadi taipan dunia.
"TikTok itu sukses besar karena sebagian mereguk keuntungan di negara ini. Jadi saya kira permintaan ini adil," papar Trump.
Dia menuturkan jika transaksi jual beli terjadi, dia meminta Microsoft untuk memberikan sebagian keuntungan kepada Kementerian Keuangan AS.
"Mereka (Microsoft) sama sekali tidak mempunyai hak hingga kami memberikannya," klaim mantan pemandu acara The Apprentice tersebut.
Jual atau tutup
Tekanan untuk menjual operasional TikTok AS, yang berbasis di Los Angeles, membuat manajemen maupun ByteDance dalam posisi sulit. Donald Trump membuat aplikasi itu berada dalam pusaran perseteruan baik politik maupun dagang antara Negeri "Uncle Sam" dengan China.
Penegak hukum AS menggelar penyelidikan terkait sektor keamanan nasional karena aplikasi tersebut mengumpulkan informasi pengguna dalam jumlah besar.
Manajemen TikTok dilaporkan berada dalam ikatan legal untuk membagikannya dengan Negeri "Panda" jika otoritas setempat menghendakinya.
Karena itulah, baik basis data pengguna maupun algoritma saat mengumpulkan informais membuat aplikasi tersebut begitu bernilai.
Meski begitu, manuver Trump dengan menyatakan Washington harus mendapatkan bagian dari pembelian juga terbilang mengejutkan. Jika kesepakatan gagal tercapai, maka Gedung Putih menghendaki agar TikTok diblokir dan dilarang beropasi di negara adidaya tersebut.
Jika benar tercapai, analis investasi di Lightshed Partners menyatakan, sangat mungkin kreator bakal berpindah ke kompetitor.
"Aplikasi yang kemungkinan mendapatkan keuntungan dari momen ini adalah Snapchat, Facebook, Twitter, dengan Snapchat berada di urutan pertama," jelas mereka.
Pada Senin pagi waktu setempat, pendiri ByteDance, Zhang Yiming, mengakui tekanan hebat yang diberikan oleh pemerintahan Trump. Dalam suratnya kepada para staf, sebagaimana dilaporkan media China, dia mengumumkan "bekerja mengejar waktu" untuk mencapai hasil terbaik.
"Kami selalu berkomitmen untuk memastikan keamanan pengguna, begitu juga dengan netralitas platform dan transparansi," jelas Zhang dalam suratnya.
Meski begitu, dia juga mengakui perusahaannya menghadapi masalah kompleks baik karena geopolitik maupun tekanan dari luar. Dia menegaskan bahwa perusahaan harus menghadapi tantangan dari AS, dengan menyatakan pihaknya membuka segala opsi terbaru.
Berdasarkan laporan The Sun, salah satu kemungkinan yang dijajaki oleh TikTok adalah memindahkan perusahaannya ke Inggris.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Ingin Pemerintah AS Dapat Bagian dari Pembelian TikTok".