Advertorial

Main Aman, Indonesia Malah Ketiban Rezeki Megaproyek dari Dua Musuh Bebuyutan Ini, Bisa 'Kibas-kibas' Dana Infrastruktur

May N

Editor

Intisari-online.com -Dunia sedikit dibingungkan dengan kenetralan Indonesia terkait konflik dua musuh bebuyutan yaitu China dan Amerika Serikat.

Lebih-lebih, posisi Indonesia sangat 'strategis', jika tak mau disebut kutukan, untuk tempat pangkalan militer baru.

Indonesia juga tidak luput dari segala perhatian AS dan China, karena keduanya juga sudah menawarkan investasi yang menjanjikan.

Dan apakah Indonesia akan mulai memihak?

Baca Juga: Lain di Mulut Lain di Hati, China Membuat Konspirasi Baru di Dekat Perbatasan Arunachal Pradesh Setelah Kekalahan di Ladakh, Simak Selengkapnya...

Untuk menjawab hal tersebut, mari cek beberapa fakta berikut.

Mengutip Reuters, Indonesia telah menandatangani kesepakatan dengan AS untuk perkuat modal infrastruktur.

Investasi tersebut dilaksanakan lewat investasi perusahaan swasta, dan sudah disahkan oleh Menlu Retno Marsudi dan Departemen Keuangan AS Jumat lalu.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin tandatangani kesepakatan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara terpisah pada Jumat, menurut pernyataan yang diunggah di situs Departemen Keuangan AS.

Baca Juga: Saking Ngebetnya Ingin Kuasai Dunia, China Tak Peduli Dimusuhi 18 Negara Termasuk Indonesia, dari Musuh Berkekuatan Militer Lemah Sampai yang Kuat

Juru bicara Kementerian Keuangan Indonesia Rahayu Puspasari mengatakan dalam pernyataan terpisah jika perjanjian itu memperkuat perkembangan pasar kapital dan instrumen finansial untuk memfasilitasi dan mengurangi batasan investasi swasta terkait infrastruktur negara.

Puspasari mengatakan jika perjanjian itu dapat meningkatkan kapasitas aset daur ulang, berdampak memberikan penilaian untuk keuangan yang sudah diberikan dan pengaturan kreditnya.

Sementara Departemen Keuangan AS menyatakan perjanjian tersebut mendukung Strategi Indo-Pasifik Pemerintah AS dengan melengkapi upaya di bawah Peningkatan Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Energi (Asia EDGE) dan Transaksi Infrastruktur dan Jaringan Asisten (ITAN).

Apakah berarti Indonesia memihak AS? Tunggu sebentar.

Baca Juga: Korea Utara Gempar Gara-gara Kertas Bergambar Kim Jong-un Ketahuan Dijual sebagai Barang Rongsokan, Sang Diktator Tak Tinggal Diam, Pejabat Korut Ketar-ketir

Di saat yang bersamaan, Indonesia rupanya juga tawarkan proyek baru senilai 60 milyar Dolar AS kepada investor China.

Tawaran ini merupakan penguat inisiatif Belt and Road di Indonesia, disebutkan oleh pejabat senior yang tidak disebutkan namanya.

Indonesia tetap lakukan tawaran itu meski ada kekhawatiran tentang pinjaman yang menggurita dengan China.

China sebenarnya tidak terlalu ingin libatkan Indonesia dalam Belt and Road Initiative (BRI).

Baca Juga: Sering Jadi Pertanyaan,Mengapa KoreaSelatan dan Korea UtaraSaling Membenci Walau Faktanya Mereka 'Bersaudara', Rupanya Ini Penjelasannya

Hal ini dikarenakan Indonesia, meksipun strategis, tapi belum menjadi titik penting dalam program BRI China.

BRI bertujuan untuk membangun jalur sutra baru, melewati Timur Tengah, Afrika hingga Eropa, Indonesia tidak termasuk, tapi rupanya pemerintah berpikir tidak apa jika sedikit meminta 'cipratan'.

Saat ini investasi China yang sudah dikenal banyak orang adalah jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung, yang sedang alami masalah sengketa lahan.

Namun, mengutip straitstimes, Jakarta telah berada dalam komunikasi struktural sangat apik dengan Beijing sejak tahun lalu dalam proyek infrastruktur bernilai 50-60 milyar Dolar AS.

Baca Juga: China Mulai 'Mencengkeram' Sektor Teknologi Israel, AS 'Kepanasan' dan Memohon Agar Israel Mengurangi Hubungannya dengan Negara Panda Itu

Investasi dengan China diurus khusus oleh Kementerian Koordinator Investasi dan Hubungan Maritim di bawah naungan Luhut Binsar Pandjaitan.

Indonesia telah rencanakan proyek potensial di kepulauan, dan mengutip deputi infrastruktur kementerian yang berkepentingan yaitu Ridwan Djamaluddin, pejabat China dan ahli telah mengunjungi pemerintah daerah untuk mencari proyek yang patut didanai,

Djamaluddin mengatakan, "kami sangat tahu kami tidak bisa akhiri kerja sama ini dengan buruk.

"Negara lain telah dipaksa membayar hutang mereka dan beberapa harus lepaskan aset berharga mereka. Kita tidak ingin itu terjadi."

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula, Pandemi Virus Corona Belum Usai, Kini Malah Muncul Wabah Baru di China yangBuat3.245 Orang Terinfeksi, 'Bakteri dari Hewan ke Manusia Juga'

Perjanjian dengan China memakan waktu sepakat sedikit lebih lama karena China bersikeras lakukan struktur bisnis ke bisnis (B2B) untuk semua kesepakatan mereka.

Indonesia sendiri menolak lakukan pinjaman antar negara, yang disebut Djamaluddin lindungi Indonesia dari ketergantungan total dengan China.

Proposal Indonesia tawarkan China kesempatan membangun pembangkit listrik tenaga tambang, kompleks industri, pelabuhan dan infrastruktur lain di provinsi Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, Sulawesi Utara dan di Bali.

Bisa disebut Indonesia bermain aman dan tidak perlu memihak bahkan bisa mendapatkan bantuan dari dua negara.

Baca Juga: Ikut Berlomba-lomba Ciptakan Vaksin Covid-19, Tiongkok Sebut Tak Perlu Vaksinasi Seluruh Populasi dari Covid-19, Justru Hanya Orang-orang Ini yang Perlu Divaksinasi, Siapa Saja?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait