Advertorial
Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) diklaim sebagai negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia.
Hal tersebut berdasarkan jumlah pasukan, jumlah armada militer, hingga teknologi yang dimiliki.
Dan yang paling mengerikan adalah AS memiliki 7.200 rudal yangkekuatannya sangat besar.
Menariknya, di antara ribuan hulu ledak nuklir itu, puluhan lainnya berada di benua Asia.
Hal inilah yang dikhawatirkan Rusia.
Sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat kedua di dunia, Rusia menganggap hadirnya puluhan rudal AS di benua Asia bisa membahayakan mereka.
Dilansir dariRussian News Agency, tass.com, pada Sabtu (19/9/2020), Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengungkapkan penyebaran rudal AS di Asia untuk membahayakan penangkal nuklir Rusia.
"Amerika Serikat mungkin harus dengan hati-hati."
"Mereka harus mempertimbangkan semua konsekuensi dari langkah yang mereka ambil."
"Jangan sampai ini menjadi ketegangan lebih lanjut dan perlombaan senjata," kata Anatoly Antonov.
SelanjutnyaAntonov menjelaskan penyebaran rudal itu akanmengganggu keseimbangan militer-politik di kawasan dan stabilitas strategis global.
Serta secara langsung akan mempengaruhi kepentingan keamanan nasional Rusia.
Sebab kawasan ini terletak dekat perbatasan Rusia, fasilitas angkatan laut, dan pangkalan Armada Pasifik di mana pasukan strategis kapal selam berpangkalan.
"Pengerahan sistem baru AS di sana akan membahayakan penangkal nuklir kami," kataAntonov.
Antonov menegaskan bahwa Rusia sama sekali tidak tertarikuntuk meningkatkan ketegangan baik di kawasan Asia-Pasifik atau di mana pun di dunia.
Atau melakukan perlombaan senjata yang merusak secara ekonomi.
"Sehingga kami berharap Amerika Serikat dan sekutu regionalnya juga berpikiran yang sama."
"Tapi jika dirasa hal itu mulai membahayakan, maka kami akan mengambil tindakan," jelas Antonov.
Terakhir,Antonov mengingatkan bahwa Amerika Serikat dan Rusia sudah melakukan perjanjian INFRusia-AS pada Agustus 2019.
Di mana keduanya berjanji untuk menjaga stabilitas dan keamanan global.
Tapi perjanjian itu akan sulit dilakukan jika AS teruspeningkatan jumlah senjata rudal mereka.