Advertorial

Beda Dengan yang Lain, Tiga Negara Asean Ini Berpikir Berbeda Mengenai Memilih Pihak dalam Potensi Terburuk Perang AS-China yang Merembet ke Asean, 'Lokasi Kami Terkutuk', Salah Satunya Indonesia

May N

Penulis

Akibat lokasinya yang terlalu strategis, Indonesia dan dua negara tetangga ini sebutkan posisi netral sulit dicapai dalam Laut China Selatan
Akibat lokasinya yang terlalu strategis, Indonesia dan dua negara tetangga ini sebutkan posisi netral sulit dicapai dalam Laut China Selatan

Intisari-online.com -Analis Asia sedang mempertimbangkan kasus terburuk dari latihan militer China yang semakin rutin.

Latihan yang dilakukan di dekat Taiwan itu serta ketakutan Laut China Selatan menjadi pusat peperangan Washington dan Beijing.

Hal ini membuat negara-negara di sekitarnya terjebak dalam posisi sulit, netral mungkin bukan pilihan.

Laut China Selatan menjadi perairan yang melintasi Asean dan sebabkan negara-negara Asean mau tidak mau terlibat dalam ketegangan itu.

Baca Juga: Kesaksian Mengerikan Personel KKO AL Saat Angkat 7 Jenazah Perwira Tinggi TNI AD Korban G30S di Sumur Lubang Buaya, Jasad Jenderal Ahmad Yani Paling Mengenaskan

Skenario melakukan latihan oleh analis dan pembuat kebijakan sudah dipikirkan, dan hal itu bisa merembet menjadi pertempuran militer antara dua negara ekonomi terbesar di dunia.

Keprihatinan akan hal ini telah meningkat beberapa minggu terakhir.

Dikutip dari South China Morning Post, ketegangan antara China dan AS yang sudah tegang akibat perdagangan, teknologi dan Laut China Selatan, semakin bertambah akibat protes Beijing terkait ikatan Washington dan Taipei.

Beijing juga memprotes aktivitas militer yang dilakukan Washington di dekat Taiwan minggu lalu.

Baca Juga: Terlalu Dimanjakan Teknologi, Pasukan Khusus AS Bisa dengan Mudah 'Dilumpuhkan' Pasukan Khusus TNI

Pertanyaannya sekarang hanyalah "apa yang akan terjadi jika kedua militer mulai saling tembak?"

Peneliti pertahanan Manila, Jose Antonio Custodio, sudah mempertimbangkan akan hal ini.

Jawabannya, tanpa ragu adalah "AS akan maju dan menempatkan tentara mereka di sini."

Ia menjelaskan dengan bahasa Tagalog yaitu "sasagasaan", atau ambil alih.

Baca Juga: Kisah Seorang Ayah yang Mati-matian Rahasiakan Pekerjaannya Karena Tak Ingin Anaknya Malu, hingga Suatu Hari Kebenaran Terungkap

"Amerika akan ambil alih pemerintah Filipina begitu saja.

"Negara ini tidak bisa mengatakan 'tinggalkan kami sendiri', dan perang pastinya akan mengubah negara ini," ujar Custodio blak-blakan.

Filipina memang kesulitan dalam menangani perang dua negara adidaya.

Militer mereka lemah, sedangkan kebijakan luar negeri mereka tidak konsisten.

Baca Juga: Sepuluh Tahun Terakhir Tiongkok Muncul Jadi Mitra Dagang Terbesar, Indonesia Mulai Biasakan Transaksi dengan Yuan China, Ada Kaitannya Dengan Proyek Belt and Road Initiative

Filipina selama ini adalah satu dari 2 sekutu AS di Asia Tenggara, tapi Presiden Rodrigo Duterte sendiri malah mengejar hubungan lebih dekat dengan China sejak menjabat tahun 2016 lalu.

Kewajibannya, sementara itu, memaksanya untuk berpihak kepada AS.

Letak Filipina sendiri juga bisa dianggap 'strategis yang terkutuk': teritorinya membentuk satu perbatasan di Laut China Selatan.

Selain itu, letaknya juga strategis sebagai pangkalan penting untuk bisa himpun militer dan luncurkan serangan.

Baca Juga: Covid Hari Ini 20 September 2020: Kasus Corona di Dunia Sudah Mencapai 30,9 Juta Infeksi, Inilah 10 Negara dengan Kasus Terbanyak

Custodio adalah peneliti yang telah bekerja selama 3 tahun di bawah pimpinan deputi staff perencanan Militer Filipina.

Ia mencatat bagaimana bagi angkatan laut AS "rute tercepat dari Pasifik tengah ke Laut China Selatan adalah melewati Filipina".

"Kanal Balintang di sebelah utara Filipina dan Selat Surigao yang lewati pertengahan kepulauan ini, akan ditutup AS untuk mencegah China masuk ke Pasifik."

Custodio kemudian menjelaskan lebih lanjut "akan ada pergerakan bilateral dan unilateral, akan ada pertempuran jet tempur AS, dan itu semua akan menjadi umum di perang antara China dan AS."

Baca Juga: ‘Lidah Saya Mati Rasa, Seperti Ada Rasa Belerang di Mulut’, Penyanyi Senior Iis Sugianto Ungkapkan Gejala Awal Covid-19

Filipina memprediksi ini karena mereka pernah alami hal yang serupa.

Lokasinya menjadi target kunci selama Perang Dunia II, saat Jepang berusaha meraih kemenangan di Asia dan meraup minyak Indonesia.

Filipina menderita dua kali invasi amfibi besar, pertama oleh Jepang pada 1941 dan kedua oleh AS pada 1944.

Invasi, okupasi dan pembebasan membuat negara itu putus asa, dan lebih dari setengah juta warga Filipina meninggal dunia.

Baca Juga: Tetap Waspada! Tidak Hanya Batuk dan Kehilangan Penginderaan, Kenali 7 Gejala Baru Terinfeksi Covid-19 yang Mengejutkan Ini

Asean diprediksi akan menjadi medan tempur, dan Filipina akan terseret meskipun mereka sudah bersikap netral.

Analis juga mengatakan negara Asean lain akan sulit mencoba lepas dari konflik ini.

Olli Pekka Soursa, peneliti program keamanan maritim di S. Rajaratnam School of International Studies menjelaskan "karena lokasi yang geostrategis, maritim Asean mau tidak mau akan terlibat dalam konflik itu, entah suka atau tidak."

Baca Juga: Tak Perlu Bingung Lagi, Kenali Ciri-ciri Buat Bedakan Es Batu dari Air Matang dengan Es Batu dari Air Mentah, Ini Dia!

Olli juga mengatakan akan lebih sulit untuk negara-negara kecil di wilayah ini untuk tetap netral.

Max Montero, konsutlan organisasi militer luar negeri Australia mengatakan "Indonesia dan Singapura bahkan Filipina sudah sebutkan niat mereka untuk tetap netral dan tidak memihak siapapun."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait