Advertorial

Sempat Dikritik Habis-habisan Oleh Penduduk Indonesia Gegara Datangkan Tenaga Kerja China, Terungkap Alasan Luhut Pilih Tenaga Kerja China Ketimbang Indonesia

May N

Editor

Intisari-online.com -Sempat ramai sampai sekarang proyek besar-besaran Indonesia berjudul 'proyek strategis nasional' (PSN).

Proyek itu dikecam banyak pihak terutama rakyat jelata karena pemerintah pilih menggunakan tenaga kerja asing (TKA) asal China.

Padahal rakyat sendiri banyak yang menganggur, betapa ironis.

Kini di hadapan ratusan ekonom yang hadir di pertemuan virtual, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan alasannya.

Baca Juga: Larangan Suami untuk Berhenti Tak Digubris, PSK Tewas Usai Layani 6 Pelanggan Hari Itu

Dalihnya sungguh tidak bisa dipercaya.

Ia berdalih tenaga kerja lokal di kawasan proyek tersebut masih berpendidikan rendah, sehingga TKA asal China dibutuhkan.

"Kita lihat banyak daerah-daerah (penghasil sumber) mineral kita pendidikanya tidak ada yang bagus," katanya dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom, Selasa (15/9/2020).

"Jadi kalau ada banyak yang berteriak tidak pakai (tenaga kerja) kita, lah penduduk lokalnya saja pendidikannya enggak ada yang bagus. Misalnya saja matematika rendah," sambung dia.

Baca Juga: Ya, Angkatan Laut China Adalah yang Terbesar di Dunia, Tapi Simak Fakta Tersembunyi Berikut Ini sehingga Anda Paham Mengapa China Tak Perlu Mengungguli AS

Luhut memastikan, ketika adanya investasi asing masuk ke Indonesia dan ingin mengelola sumber daya alam, harus mengikuti beberapa aturan.

Pertama, ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi yang canggih.

Kedua, transfer ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi (transfer knowledge).

"Transfer teknologi, itu mimpi saya. Kita harus selalu bicara dengan orang luar harus ada transfer teknologi.

Baca Juga: Palestina Mulai Angkat Bicara, Warga Protes Keras Kesepakatan Normalisasi Arab Dengan Israel, Militan Masih Berani Kirim Serangan Ke Negara Zionis Tersebut

"Enggak boleh dong dia hanya ambil saja," katanya.

Terakhir, sebut Luhut, perjanjian kerja sama dengan negara luar harus menerapkan business to business (B2B) dan menghindari government to government (G2G) untuk mengurangi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Jadi kita jangan mencari-cari kekurangan. Saya tentu tidak sempurna, di sana sini kurang.

"Tetapi yang saya lakukan ini menurut hemat saya dengan dibantu anak-anak muda di kantor saya ini kita lakukan perhitungan betul-betul sangat baik sekali," ungkapnya.

Baca Juga: Sempat Bertempur Sengit dengan Pasukan Prabowo, Presiden Fretilin Timor Timur Akhirnya Berhasil Dilumpuhkan Prajurit ABRI Ini, Ditembak Tepat di Dadanya

Dia pun menjelaskan, proyek smelter yang kini di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara tersebut telah menunjukkan adanya perkembangan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja.

"Kalau Anda tanya seperti di Konawe, itu bupatinya bilang sama saya pertumbuhan ekonominya 9,2 persen sekarang.

"Lapangan kerja semua di daerah kami (Konawe) itu kerja semua sekarang,"

Selain itu, lanjut Luhut, Kampus Politeknik juga dibangun di Konawe.

Baca Juga: Dijuluki Orang Terkaya yang Pernah Hidup di Planet Bumi, Inilah Mansa Musa Raja Muslim yang Bikin Gempar Dunia Ketika Bawa 60.000 Rombongan Untuk Naik Haji

Diharapkan, adanya Kampus Politeknik ini akan meningkatkan mutu pendidikan warga di sana.

"Politeknik kami buat juga sekarang di sana, yang dulu tidak ada Politeknik.

"Sekarang kita perbaikin pendidikan SLTP, SMAnya supaya bisa masuk Politeknik.

"Saya sekali lagi, senang bapak ibu sekalian pengen lihat ke lapangan, lihat sendiri apa yang terjadi di sana," katanya.

Baca Juga: Coba Minum Air Rebusan Terong Selama 7 Hari, Rasakan Manfaatnya yang Luar Biasa untuk Tubuh, Salah Satunya Turunkan Kolesterol, Mau Coba?

(Ade Miranti Karunia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Luhut Datangkan TKA China karena Penduduk di Lokasi Proyek Pendidikannya Rendah"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait