Dijuluki Orang Terkaya yang Pernah Hidup di Planet Bumi, Inilah Mansa Musa Raja Muslim yang Bikin Gempar Dunia Ketika Bawa 60.000 Rombongan Untuk Naik Haji

Afif Khoirul M

Penulis

Dia adalah seorang raja Muslim di Afrika yang pernah bikin gempar dunia karena melakukan perjalanan 4.000 mil ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Intisari-online.com - Jika Anda bertanya pada orang-orang tentang siapa orang terkaya di dunia, mungkin jawabannya adalah Jeff Bezos, Bill Gates, atau Warrent Buffett.

Meski jawaban itu tidak sepenuhnya salah, namun tercatat dalam sejarah adalah orang terkaya yang pernah hidup di planet ini adalah Mansa Musa.

Dia adalah seorang raja Muslim di Afrika yang pernah bikin gempar dunia karena melakukan perjalanan 4.000 mil ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Bersama dengan 60.000 rombongannya dan pelayannya, perjalanan itu tercatat dalam sejarah.

Baca Juga: Coba Minum Air Rebusan Terong Selama 7 Hari, Rasakan Manfaatnya yang Luar Biasa untuk Tubuh, Salah Satunya Turunkan Kolesterol, Mau Coba?

Musa terlahir tahun 1280, nama Mansa artinya adalah Sultan, dalam bahasa Mandinka yang digunakan di wilayah kekuasaannya.

Dia naik tahta tahun 1312, dan 25 tahun memerintah kerajaan Mali yang berkebang pesat, mencakup daerah Senegal, Mali, Burkina Faso, Niger, Guinea, dan Pantai Gading.

Beberapa sejarawan mencatat kekayaan Mansa Musa adalah 400 miliar dollar AS, Rp5.939 triliun dalam kurs saat ini.

Kisahnya diabadikan oleh Ibn Khaldun, Ibn Fazlullah al Omari, Abudllah es Sa'adi, yang pernah mengunjungi Mali.

Baca Juga: Diam-diam Mematikan, Terkesan Diam Sampai Didesak untuk Lakukan Perlawanan, Turki Ternyata Punya Pasukan Bayangan yang Siap Bergerak Jika Diperintah Erdogan

Semua sejarawan menyoroti bagaimana orang terkaya di planet bumi tersebut ketika melakukan perjalanan ibadah haji.

Musa memutuskan untuk menjalankan ibadah haji pada tahun 1324-1325, hal itu pernah membuat gempar pada masanya.

Musa membuka jalannya ke Mekkah dengan emas dan meletakkan kerajaannya di Peta.

Bersama dengan 60.000 rombongannya, dia melakukan perjalanan sepajang 4.000 mill ke Mekkah membawa ribuan kilogram emas.

Emas tersebut diangkut oleh unta, dan gajah, sementara kafilahnya membentang sejauh mata memandang dan konon butuh satu hari penuh membuka jalan bagi kafilah itu lewat.

Musa yang terkenal karena kekayaannya, juga terkenal karena kemurahan hatinya, dikatakan sepanjang perjalannya dia membangun masjid setiap hari jumat.

Baca Juga: Gagahnya Strike Eagle Israel: Temui Salah Satu Jet Tempur Paling Menakutkan di Dunia yang Dilengkapi Komputer Pusat, GPS, dan Helm Tampilan serta Penglihatan Elbit!

Selain itu, dia juga tak segan membagikan emas kepada orang-orang yang dijupainya, sehingga tindakannya itu menggoyang ekonomi dunia.

Dalam perjalanan ke Mekkah, Mansa Musa bertemu Al Malik al Nasir di Kairo, salah satu Sultan Mamluk paling terkenal.

Ketika dihadapan Al Malik, Mansa Musa diminta untuk menekuk lututnya, sebagai bagian dari protokol ketika bertemu raja.

Tetapi Mansa Musa menolaknya, dan dia mengatakan bahwa dia hanya akan merendahkan dirinya dan menekuk lututnya di hadapan Allah.

Musa menambahkan bahwa, perjalannnya tidak ada kaitannya dengan politik, dia hanya ingin beribadah di kota suci Mekkah, medengarnya Sultan Mamluk membalas dengan menghadiahi Musa istana untuk ditinggali.

Selama Musa tinggal, anggota karavannya meningkatkan logistik dengan berbelanja di pasar lokal, membayar lima dinar untuk sesuatu yang berharga 1 dinar.

Baca Juga: Mencurigakan! Tiongkok Tiba-tiba Undang Pemimpin Negara Eropa Menjenguk Kondisi Suku Uighur di Xinjiang, Buktikan 'Ketidakbersalahan'?

Hal itu membuat penurunan nilai mata uang, dan membuar ekonomi Mesir runtuh, dan bisa pulih setelah 12 tahun.

Sejak kehadiran Musa di kota itu, setidaknya 12 tahun kemudian pada sejarawan mencatat orang-orang masih memuji-muji kehebatan Mansa Musa.

Menurut pedagang Venesia yang berada di Kairo mengatakan, Musa melakukan Ziarah ke Mekkah menyubangkan emas dalam jumlah besar.

Dia bertemu dengan keturunan Nabi Muhammad dan menghadiahi mereka tanah dan rumah, bahkan membujuknya untuk ikut ke Mali bersamanya.

Kembali ke Mali dia membangun masjid Djinguereber dan mendirikan universitas bagi cendikiawan Muslim di seluruh dunia.

Dia menyatakan ingin kembali ke Mekkah setelah turun tahta namun, dia meninggal lebih dahulu tanpa pernah kembali ke Mekkah.

Sejak kematiannya, Kerajaan Mali mulai mengalami kemunduran.

Artikel Terkait