Bulan lalu menandai tiga tahun sejak etnis Muslim Rohingnya dan komunitas lain dari provinsi Rakhine, Myanmar, diusir dari rumah mereka sendiri.
Saat ini sudah ada hampir 860 ribu pengungsi Rohingya yang ada di kamp Bangladesh.
Ahli sebutkan kondisi mereka yang hidup berdesak-desakan dengan 10 orang berbagi 1 ruangan, tidak ada akses kepada air bersih dan banjir karena hujan muson membuat para pengungsi Rohingya sangat rentan terhadap penyakit apapun.
Dokter Bangladesh bersama Medecins Sans Frontieres (MSF), Tarikul Islam, yang juga ketua tim di RS Balukhali mengatakan sebelum wabah Covid-19, ia sudah melihat orang dewasa dan anak-anak sakit dengan infeksi pernapasan.
Baca Juga: 3 Aplikasi Untuk Jawab Soal Matematika, Tinggal Foto Langsung Terjawab
Banyak juga yang mengalami diare dan infeksi kulit, seperti halnya pasien mengalami sakit mental.
Namun pandemi telah menekan sistem kesehatan yang rentan itu lebih hebat lagi.
Covid-19 mulai menyerang Bangladesh pertama kali di Mei, dengan kasus pertama muncul di kamp pengungsi Rohingya.
Dr. Islam mengatakan beberapa penyedia layanan kesehatan mengurangi aktivitas mereka karena beberapa isu seperti pengurangan staf dan pergerakan yang terbatas.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR