Advertorial

Virus Corona Dalam Bentuk Terburuk: Jauh Dari Rumah, Para Pengungsi Ini Tak Berani Ke Dokter: 'Mereka Berpikir Saya Kena Covid-19 Karena Aku Orang Jahat'

May N

Editor

Intisari-online.com -Kehidupan pengungsi Rohingya adalah salah satu kondisi hidup mengerikan di muka bumi ini.

Seperti cerita para pengungsi Rohingya di Bangladesh ini.

Mohammad (bukan nama sebenarnya), seorang ayah 4 anak di kamp pengungsian Cox's Bazar di Bangladesh didiagnosa dengan Covid-19, ia justru panik dengan apa yang dihadapi keluarganya.

Ia kemudian dirawat di RS Kutupalong.

Baca Juga: Covid Hari Ini 13 September 2020: Kasus Virus Corona di Dunia Mencapai 28,9 Juta, Prancis dan India Catat Rekor Kasus Harian Tertinggi

Namun keluarga dan kerabatnya justru hadapi tekanan besar dan ancaman dari komunitas yang inginkan karantina di rumah mereka.

"Aku menerima telepon dari pemimpin kamp yang memaksa mengirim keluargaku ke pusat karantina," ujarnya.

"Keluargaku mengatakan semua orang di blok kami mulai berpikir buruk tentang mereka.

"Orang-orang mengatakan aku positif Covid-19 karena aku orang jahat."

Baca Juga: Setelah UEA, Kini Bahrain Damai dengan Israel, Iran: Memalukan

Bahkan beberapa orang mengancam akan menyakiti keluarganya dengan kekerasan fisik.

"Orang-orang mengelilingi rumahku dengan tongkat...mereka katakan akan membakar rumahku jika keluargaku tidak segera pergi ke pusat karantina," ujarnya.

"Itu sangat memalukan untuk keluargaku.

"Mereka merasa sangat takut."

Baca Juga: Tragis, Kisah Ota Benga yang Diculik dan Dipamerkan di Kebun Binatang New York dalam Kandang Simpanse, Petugas Menggantung Tempat Tidur Kerdil dan Memberinya Busur serta Anak Panah

Pekerja medis dan para ahli mengatakan para pengungsi Rohingya justru menderita karena stigma mengenai virus Corona.

Mereka sendiri telah menderita karena kemiskinan, isu kesehatan jangka lama dan kondisi sanitasi yang buruk di kamp pengungsi yang penuh di Bangladesh.

Beberapa khawatirkan jumlah infeksi di komunitas ini jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Mereka juga peringatkan jika lonjakan kasus dapat berdampak besar.

Baca Juga: Bukan AS, Kapal Selam Terbesar di Dunia Ada di Tangan Negara Ini: Bobotnya Lebih dari 48.000 Ton hingga Digerakkan 2 Reaktor Nuklir

Bulan lalu menandai tiga tahun sejak etnis Muslim Rohingnya dan komunitas lain dari provinsi Rakhine, Myanmar, diusir dari rumah mereka sendiri.

Saat ini sudah ada hampir 860 ribu pengungsi Rohingya yang ada di kamp Bangladesh.

Ahli sebutkan kondisi mereka yang hidup berdesak-desakan dengan 10 orang berbagi 1 ruangan, tidak ada akses kepada air bersih dan banjir karena hujan muson membuat para pengungsi Rohingya sangat rentan terhadap penyakit apapun.

Dokter Bangladesh bersama Medecins Sans Frontieres (MSF), Tarikul Islam, yang juga ketua tim di RS Balukhali mengatakan sebelum wabah Covid-19, ia sudah melihat orang dewasa dan anak-anak sakit dengan infeksi pernapasan.

Baca Juga: 3 Aplikasi Untuk Jawab Soal Matematika, Tinggal Foto Langsung Terjawab

Banyak juga yang mengalami diare dan infeksi kulit, seperti halnya pasien mengalami sakit mental.

Namun pandemi telah menekan sistem kesehatan yang rentan itu lebih hebat lagi.

Covid-19 mulai menyerang Bangladesh pertama kali di Mei, dengan kasus pertama muncul di kamp pengungsi Rohingya.

Dr. Islam mengatakan beberapa penyedia layanan kesehatan mengurangi aktivitas mereka karena beberapa isu seperti pengurangan staf dan pergerakan yang terbatas.

Baca Juga: Mudah Didapat Saat Memasak Nasi, Konsumsi Air Tajin yang Sudah Jarang Dilakukan Ternyata Miliki Banyak Manfaat untuk Tubuh, Ini Dia!

Di saat yang bersamaan, pekerja medis telah berusaha mendukung para pengungsi untuk terbuka mengenai gejala sakit yang mereka hadapi.

"Salah satu isu adalah stigma dan ketakutan mengenai Covid-19," ujar Dr. Islam.

"Pasien pengungsi kami takut pergi ke pusat kesehatan.

Kami bahkan melihat beberapa pasien tidak mengungkapkan gejala terkait COvid-19 karena mengira akan diperlakukan berbeda oleh kami setelah itu."

Baca Juga: Masyarakat Sudah Patuhi dengan Pakai Masker Tapi Mengapa Kasus Positif Covid-19 Terus Saja Naik? Ini Rupanya Penyebabnya yang Sepele

WHO laporkan akhir Agustus sekitar 4000 kasus Corona telah tercatat di Cox's Bazar dan sekitar 100 pengungsi di kamp tersebut positif Covid-19.

Dari seluruh populasi pengungsi, 6 telah meninggal karena Covid-19.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait