Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang banyak diketahui, Timor Leste mungkin memiliki hubungan spesial dengan Australia, semenjak melepaskan diri dari Indonesia.
Timor Leste kerap sekali mendapat banyak bantuan dari negeri Kangguru, dan menjalin kerja sama antara dua negara tersebut.
Akan tetapi semenjak Australia terungkap hanya memanfaatkan Timor Leste, negara itu mulai berpaling dari Australia dan mencari bantuan sang naga.
Media Australia The Sydney Morning Heraldjuga terus menyoroti mesranya hubungan Timor Leste China yang kian berkembang.
Tahun lalu alat berat China bernilai jutaan dollar dan setidaknya 20 pekerja China terlihat melaksanakan proyek infrastruktur di Timor Leste.
The Sydney Morning Heralddan The Age, mengunjungi dua dari lima kamp yang menampung setidaknya 500 pekerja Tiongkok dan 1000 penduduk setempat selama tahap pertama.
Tahap itu merupakan bagian dari pebangunan jalan tol empat jalur, yang membentang sepanjang 165 kilometer dari Suai ke Beaco.
Jalan Tol itu konon katanya, adalah bagian dari proyek Tasi Mane, megaproyek pembangunan di Bumi Lorosae.
Dengan campur tangan China pada proyek itu, menunjukkan pengaruh negeri Panda di Asia Pasifik yang semakin kuat.
Proyek Tasi Mane adalah megaproyek yang mecakup bandara, jalan tol, kereta api, hingga kilang minyak.
Ada pula rencana pemrosesan LNG darat Beaco, depot pasokan kilang yang semuanya belum dibangun.
Ini akan terhubung ke ladang minyak dan gas di lepas pantai Greater Sunrise tetapi belum dikembangkan.
Menurut laporan pendanaan tahap dua sampai empat dari jalan tol ini belum juga datang ke Dili, negari itu sedang berjuang mengumpulkan uang untuk pendanaan proyek Tasi Mane.
Politisi Timor Leste mengatakan, mereka akan menyambut investasi China, dalam proyek-proyek lain, tetapi mereka juga akan menyambut Australia.
Di Kamp Covec 4, di Zumalea, lusinan truk alat berat Sany dan Volvo, termasuk truk pengangkut sampah, enam penggali, dua grader, dua buldoser, dan truk air terlihat menganggur.
Covec atau singkatan dari Chinesse Oversease Engineering Company, adalah anak perusahaan China Railway Group, perusahaan Fortune yang menjalankan pembangunan tahap pertama di Timor Leste.
Pada upacara peresmian tahap pertama, Duta Besar Tiongkok untuk Timor Leste Xiao Jianguo, menggambarkan proyek tersebut sebagai proyek tersbesar dalam sejarah Timor Leste.
Tawaran Tingkok yang menang di Bumi Lorosae, disebut sesuai dengan praktik penawaran internasional adil, terbuka, dan transparan.
Xiao mengatakan, proyek itu akan menjadi bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) yang melibatkan 70 negara, jaringan infrastruktur terbesar di dunia untuk menumbuhkan kekuatan China.
Bagi Australia, tindakan ini sangat mencolok, Senator Australia Rex Patrick bersama The Sydney Morning Heraldangkat bicara.
Baca Juga: Menyimpan Jejak Portugis hingga Indonesia, Inilah Sederet Tempat Wisata Terkenal di Timor Leste
"Kontras, antara investasi China dan Australia di Timor Leste sangat mencolok khususnya di selatan," katanya.
"Keterlibatan Australia dalam proyek Tasi Mane tidak ada, sementara China sudah tiga tahun maju dan membangun pembangkit listrik yang menghubungkannya dari Indonesia," katanya.
"China bekerja dengan efektif mengendalikan, dan membuat komitmen strategis yang dirancang untuk jangka panjang di Timor Leste," imbuhnya.
"Australia tidak hanya tertinggal dalam permainan ini, tetapi kami tidak memainkannya sama sekali," paparnya.
Sementara itu, Edio Gutteres seorang analis politik Timor Leste yang berpendidikan di Australia, yang pernah bekerja sama dengan oposisi Fretilin.
Mengatakan, Australia telah menghabiskan 100 juta dollar AS, untuk bantuan ke Timor Leste, tetapi harus memikirkan kembali bagaimana mereka bisa mengambil hati Timor Leste.
Australia tidak bangkrut tetapi gagal mengambil kepentingan di Timor Leste.
Menurutnya secara nomilan, Australia telah keluar banyak uang daripada China, namun tidak digunakan untuk proyek infrastruktur melainkan kebutukan kementerian Pertahanan dan Keuangan.