"Saat saya kecil, saya tak tahu bahwa saya memuja diktator," kata Park.
Sebagai anak-anak, Park sering mendapat kisah bahwa Kim Jong Un dan ayahnya, Kim Jong Il, adalah dewa yang bisa membaca pikiran.
Propaganda tersebut membuat rakyat negara penganut ideologi Juche itu terlalu takut untuk berbicara, bahkan memikirkan kebrutalan keluarga Kim.
Di sekolah, dia mengklaim mendapatkan pelajaran berhitung menggunakan metrik "Amerika siaan", atau ada sesi yang disebut "sesi kritik".
Di sana, para siswa diajarkan untuk saling menyerang atau menemukan kesalahan teman sekelasnya.
Membuat mereka menjadi saling curiga dan terpecah belah.
"Kami tidak punya teman di Korea Utara."
"Yang kami punya hanyalah kamerad."
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR