4. Arab Saudi
Ini akan menjadi hal yang menggiurkan melihat fakta bahwa Arab saudi memiliki kekayaan dan kelengkapan militer yang baik.
Arab Saudi tampaknya lebih terbuka untuk Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Itu terjadi sebagai hasil dari beberapa proses.
Kerajaan itu terancam oleh Iran dan sedang memerangi pasukan yang didukung Iran di Yaman.
Riyadh juga menentang Ikhwanul Muslimin dan telah memutuskan hubungan dengan Qatar.
Ikhwanul Muslimin terkait dengan partai yang berkuasa di Turki dan Hamas.
Arab Saudi telah mencoba untuk menekan jenis ekstremisme yang mengguncang kerajaan pada tahun 1990-an dan dalam dekade terakhir tampaknya memiliki lebih banyak kepentingan dengan Israel.
Namun, Arab Saudi lebih suka membiarkan negara-negara Teluk lain yang bekerja sama dengan erat untuk pertama kali dalam diskusi dengan Israel.
Ini termasuk Oman, UEA, dan Bahrain.
Baca Juga: 10 Bagian Tergeli Wanita yang Sangat Suka Disentuh untuk Kenikmatan
Namun demikian, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman telah mencari hubungan dekat dengan pemerintahan Trump dan juga memberikan komentar yang relatif positif tentang masalah yang berkaitan dengan proses perdamaian di Israel.
5. Qatar
Qatar dan Israel secara historis memiliki hubungan yang hangat pada 1990-an, dan diperkirakan beberapa tahun yang lalu menjadi yang pertama dalam antrean normalisasi.
Ini terjadi setelah Perang Teluk tahun 1991. Di sana telah ada kantor perdagangan Israel sejak tahun 1996.
Qatar, Israel dan AS membentuk semacam hubungan tripartit sehubungan dengan hal ini.
Doha berusaha untuk memainkan peran yang semakin meningkat di seluruh Timur Tengah.
Sebagai bagian dari peran yang lebih luas ini, mereka juga ingin memainkan peran dalam diskusi damai dengan Israel.
Pada 2007, Menteri Luar Negeri Tzipi Livni bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani di New York.
(*)
Sebagian artikel ini sudah pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Desas-desus, ini lima negara yang disebut bakal berdamai dengan Israel"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR