Advertorial

Memiliki Rekam Jejak Mengkhawatirkan, Kondisi Ekonomi Indonesia Akan Diumumkan Tepat Hari Ini, Benarkah Kita Jatuh ke Jurang Resensi?

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Pandemi virus corona (Covid-19) sangat berdampak pada kehidupan kita dalam beberapa bulan terakhir.

Tak terkecuali perekonomian yang dinilai paling terguncang.

Melihat hal ini,Badan Pusat Statistik (BPS) bakal mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 pada Rabu (5/8/2020) pukul 11.00 WIB.

Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan pengamat telah memperkirakan ekonomi bakal mengalami pertumbuhan negatif (resesi ekonomi) akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Seorang WNI yang Jadi Saksi Mata dalam Ledakan Beirut, 'Seluruh Kota Gelap, Suasana Mencekam, dan Orang-orang Berlumur Darah'

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi, ekonomi RI akan tertekan ke titik -4,3 persen.

"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi."

"Saya sampaikan di sini (rentang kontraksi antara) minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen."

"Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI, Rabu (15/7/2020).

Baca Juga: Transfer Rp2 Miliar Tapi di Rumah Tidak Ada Apa-apa, Suami Gelap Mata dan Habisi Nyawa Istri, Curiga Sang Istri Berselingkuh Sejak Lama

Sama dengan Sri Mulyani, Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan mengalami tekanan dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, proses pemulihan ekonomi RI akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-shape) karena tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.

"Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen."

"(Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen. Iturangekita."

"DenganU-shapedrecovery, (pemulihan) relatif lambat," ujar Destry dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi 4,72 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Banyak penyebab yang membuat ekonomi tertekan.

Seperti konsumsi rumah tangga yang menurun, indeks kepercayaan konsumen menurun, penjualan mobil dan motor terkontraksi, serta PMTB diperkirakan tumbuh negatif.

Bakal resesi?

Minusnya pertumbuhan ekonomi RI diyakini masih akan berlanjut pada kuartal III-2020.

Baca Juga: Setiap Tahun Bertambah Puluhan Miliar, Segini Banyak Harta Kekayaan Ketua DPR Puan Maharani, Melonjak Drastis!

Secara teknikal, bila ekonomi pada kuartal III kembali mencatatkan pertumbuhan negatif, RI masuk ke jurang resesi.

Fenomena ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis tahun 1998.

Secara tak langsung, pemerintah sudah mengindikasikan Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020, menyusul negatifnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II-2020.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 persen pada kuartal II-2020.

Adapun pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 1 persen atau tumbuh 1,2 persen.

Sementara itu, Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri meyakini Indonesia akan mengalami resesi.

Dari hitung-hitungannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh minus pada kuartal II-2020 dengan kisaran minus 2,8 persen hingga minus 3,9 persen.

Resesi atau tidak, contoh China Terlepas bakal resesi atau tidak, Josua Pardede menyarankan Indonesia becermin pada China.

Pertumbuhan positif negara "Tirai Bambu" ini patut diacungi jempol usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam.

Sebagai informasi, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I-2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.

Baca Juga: Bermusuhan dengan China dan Tak Bersekutu Sama AS, Sikap Militer Filipina Soal Laut China Selatan Masih Abu-abu, 'Kami Tidak Boleh Melibatkan Diri'

Namun, pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II-2020, meski negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Indonesia, kata Josua, perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat.

Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.

Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif pada kuartal IV-2020.

"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik."

"Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua kepada Kompas.com, Senin (3/8/2020).

(Fika Nurul Ulya)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Diumumkan Siang Ini, RI Bakal Masuk Jurang Resesi?")

Baca Juga: Dari Gudang Senjata Meledak, Senjata Hizbullah, hingga Serangan Israel, Muncul Berbagai Spekulasi di Balik Ledakan Beirut, Lebanon

Artikel Terkait