Advertorial

Terkenal Superior di Kawasan Timur Tengah, Justru Militer Israel Kewalahan dan Tak Berdaya dalam Peperangan Ini, 'Jadi Pukulan Telak Bagi Kesombongan Mereka'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Bicara soal kekuatan militer di dunia, tentu militer Israel tidak bisa ketinggalan.

Sebab, negara inidikenal sebagai kekuatan militer yang sulit dikalahkan.

Khususnya ketika peperanganmelawan negara-negara Arab.

Tapi sesungguhnya imej militer Israel yang selalu unggul dalam peperangan itu tidak sepenuhnya benar.

Baca Juga: Ingin Buat Gentar Lawan, China Pamerkan Mesin-mesin Perang Baru Mereka di Laut, Darat, dan Udara, Ada Pesawat Pengebom Jarak Jauh, Tank, hingga Rudal Siluman

Meskipun berhasil memenangkan pertempuran dalam Perang Enam Hari (Six Day War) yang berlangsung pada 5-11 Juni 1967 dan Yom Kippur (Oktober 1973), sejumlah operasi militer Israel pernah mengalami kegagalan dan kesalahan strategi militer serta intelijennya.

Kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari tidak menyurutkan perlawanan dari pihak Mesir dan pejuang Palestina yang terus melancarkan serangan gerilya.

Secara diam-diam, pasukan Mesir dan Suriah bahkan mempelajari bagaimana cara Israel memenangkan perang dan strategi yang dipelajari itu kemudian diterapkan dalam Perang Yom Kippur serta terbukti sukses.

Baca Juga: Sedang Terlibat Konflik Panas di Sejumlah Titik, Tiba-tiba 8 Prajurit AS Hilang, 2 Terluka, dan 1 Tewas, Apa yang Terjadi?

Dalam Perang Yom Kippur, pasukan Israel yang semula bercokol di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan babak belur dihajar pasukan Mesir dan Suriah.

Pasukan Mesir bahkan sukses menyeberangi Terusan Suez, mengamankan bibir pantai di bagian timur Gurun Sinai, dan sekaligus mendobrak garis pertahanan terakhir Bar Lev Israel.

Sedangkan pasukan Suriah berhasil mengalahkan pasukan Israel di Gunung Hermon yang berlokasi di bagian utara Israel.

Terdesaknya pasukan Israel dalam Perang Yom Kipuur sekaligus menunjukkan bahwa pasukan yang dikenal memiliki superioritas di kawasan Timur Tengah itu ternyata bisa dikalahkan.

Terpukul mundurnya pasukan Israel oleh gempuran Suriah juga menunjukkan adanya kelemahan di pihak intelijen Israel, Mosad, yag selama ini terkenal mumpuni.

Kendati akhirnya Israel berhasil memenangkan Perang Yom Kippur, secara politik dan strategi tempur saat itu justru sedang mengalami kekalahan.

Pada 2 April 1974, Komisi Agranat dan Pengadilan Tinggi Israel memanggil enam orang pejabat militer Israel untuk mempertanggungjawabkan kesalahan respon militer Israel dalam mengantisipasi serangan Mesir dan Suriah di hari pertama.

Mereka adalah Kastaf David Elasar, Pimpinan Dinas Intelijen Militer, Eli Zeira dan sejumlah stafnya.

Baca Juga: Ketika Orang-orang Terkaya di Bumi Kebal Terhadap Pandemi,Bukti Orang Kaya Makin Kaya, Orang Miskin Malah Tambah Melarat

Sejumlah petinggi dan intelijen yang bertanggungjawab atas keamanan Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, serta para pejabat terkait itu selanjutnya diminta mengundurkan diri.

Beberapa hari berikutnya kondisi politik dan militer Israel terus mengalami pergolakan akibat kesalahan strategi tempur itu.

Perdana Menteri Israel saat itu, Golda Meir juga menyatakan turut mengundurkan diri karena merasa ikut bertanggungjawab terhadap bobolnya pertahanan Israel.

Apalagi di akhir Perang Yom Kippur, Israel telah kehilangan 2500 serdadunya. Meir kemudian digantikan oleh Yitzhak Rabin.

Sejumlah kegagalan akibat kesalahan strategi terus saja menghantui Israel seperti kegagalan pasukan elit Israel ketika berusaha menaklukan para pejuang Hizbullah dalam pertempuran yang berlangsung di Lebanon pada bulan Agustus 2006.

Senjata andalan antitank milik Hizbullah bahkan berhasil menghancurkan tank-tank canggih Israel, Merkava.

Rontoknya pamor Merkava yang selama ini merajai pertempuran di berbagai front, jelas merupakan pukulan telak bagi superioritas militer Israel.

Baca Juga: Tak Mau Diinjak-injak Terus, Palestina Berontak dan Ancam Serahkan Senjata pada Tentara Israel, 'Kami Tidak Rugi, Justru Ini Akan Jadi Mimpi Buruk Israel'

Sebaliknya bagi para pejuang Hizbullah dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya, kelemahan militer Israel itu telah menjadikan momentum untuk melancarkan serangan ke Isreal secara terus-menerus.

Baik berupa serangan secara gerilya maupun serangan asimetris berupa gempuran roket ke wilayah Israel seperti yang dilakukan oleh para pejuang dari kelompok Hamas.

Akibat serangan yang dilakukan secara gerilya dan taktik perang asimetris dengan hanya mengandalkan roket, hasilnya ternyata sangat efektif.

Militer Israel ternyata terbukti kewalahan dan sekaligus menunjukkan bahwa militer Israel makin tidak berdaya ketika harus menghadapi peperangan dalam jangka panjang.

(Ade Sulaeman)

Baca Juga: Tak Terima Ibunya Dipukuli hingga Sudah 2 Kali Perkosa Adik Perempuannya, Remaja 18 Tahun Ini Bunuh Ayah Tirinya, 'Awalnya Niat Lapor Polisi Tapi Saya Emosi'

Artikel Terkait