Tak Mau Diinjak-injak Terus, Palestina Berontak dan Ancam Serahkan Senjata pada Tentara Israel, 'Kami Tidak Rugi, Justru Ini Akan Jadi Mimpi Buruk Israel'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Anda tahu Otoritas Nasional Palestina?

Otoritas Nasional Palestina atau yang dikenal Otoritas Palestina (PA) dengan adalah sebuahorganisasi pemerintahan yang memerintah sebagian dari Tepi Barat dan seluruh Jalur Gaza.

Dan organisasi ini sudah dibentuk sejak tahun 1994.

Namun setelah hampir berusia 26 tahun, besar kemungkinan Otoritas Palestina akan dibubarkan.

Baca Juga: Perkantoran Kembali Dibuka, Ratusan Karyawan Langsung Positif Covid-19, Tersebar di Kantor Swasta, Kementerian, hingga Samsat Polda Metro Jaya

Hanya saja, jika PA dibubarkan atau kekuatannya dikurangi, justru bukan Palestina yang rugi.

Melainkan musuhnya, Israel.

Bahkan, analis Al Jazeera Adnan Abu Amer menyebut ancaman ini sebagai mimpi buruk Israel, seperti dikutip TribunnewsWiki.com pada Selasa (28/7/2020).

Apa alasannya?

Baca Juga: Lihat Anaknya Jatuh dari Kursi dan Meringkuk di Sisi Tempat Tidur, Ayah Kaget pas Tahu Anaknya Tewas Mengenaskan di Dalam kamar, Penyebab Kematiannya Benar-benar Tak Terduga

Menanggapi ancaman aneksasi Israel, pejabat Palestina mengumumkan mereka menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel pada akhir Mei 2020.

Segera setelah itu, pasukan keamanan PA menarik diri dari daerah-daerah yang dipantau bersama dengan pasukan Israel di Yerusalem utara dan timur.

Termasuk dari kota-kota Abu Dis, Bedou, Qatana, dan Beit Iksa.

Pada waktu yang hampir bersamaan, PA juga mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menerima transfer dana dari pajak yang dikumpulkan Israel, yang digunakan untuk membayar gaji dan layanan di Tepi Barat.

Tak berhenti di situ, mereka berhenti mengeluarkan izin bagi warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat untuk menyeberang ke Israel.

Sebabkan kekacauan di Tepi Barat

Kebijakan ini menciptakan kebingungan dan kekacauan di depan Kantor Penghubung Israel, Tepi Barat, khususnya di Al-Khalil.

Ribuan orang Palestina berkumpul untuk mengajukan izin di sana, tetapi PA hanya berdiri tanpa melakukan apapun.

Tidak banyak yang dilakukan untuk menghentikan aliran pekerja, pebisnis, dan orang sakit yang menyeberang ke wilayah Israel setiap hari.

Padahal, di masa lalu, gerakan warga Palestina selalu dikoordinasikan antara Israel dan PA untuk memastikan keamanan dan ketertiban.

Perkembangan ini tampaknya menunjukkan pihak berwenang Israel secara bertahap membangun jalur komunikasi dan hubungan langsung dengan penduduk Palestina, mengesampingkan peran mediasi PA.

Baca Juga: JagaSaddam HusseinSebelum Digantung dan Diludahi Rakyatnya Sendiri, Tentara AS Ini Justru Beri Kesaksian Mengejutkan SoalDiktator yang Disebut Barbar Itu

Jika aneksasi dilanjutkan, PA siap serahkan senjata

Pada saat yang sama, PA telah mengambil sejumlah langkah-langkah keamanan dalam persiapan untuk aneksasi.

Menurut laporan di media Israel, pada bulan Juni pihaknya melaporkan senjata ilegal dari kantornya.

Mereka khawatir anggota Hamas akan berusaha untuk merebut dan melancarkan serangan pada Israel.

Senjata-senjata ini telah dikumpulkan dari penduduk sipil selama operasi pelucutan senjata sejak akhir intifada kedua pada tahun 2005.

PA juga memiliki 26.000 Kalashnikov dan pistol, serta kendaraan lapis baja di bawah lisensi Israel, yang mengendalikan persenjataan pasukan Palestina sesuai dengan Oslo Accords.

Menurut saluran TV Israel Kan, PA telah membuat rencana untuk meluncurkan senjata-senjata ini kepada Israel, jika dilakukan peningkatan di Tepi Barat setelah aneksasi.

Mereka berencana mengirim senjata itu menggunakan truk ke pangkalan militer Israel di pemukiman Beit El Israel di utara Ramallah

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)

(Artikel ini sudah tayang di tribunnewswiki.com dengan judul "Palestina Akan Serahkan Senjata pada Israel Jika Aneksasi Tepi Barat Terus Berlanjut")

Artikel Terkait