Advertorial
Intisari-Online.com -Meski telah mendapat latihan keras secara fisik dan mental untuk menjadi prajurit tempur, pasukan AS dikenal sebagai prajurit yang ‘manja’.
Pasalnya baik prajurit yang dicetak untuk bertempur di darat, laut, maupun udara semuanya sangat mengandalkan teknologi ketika berperang.
Tanpa menggunakan teknologi dalam peperangan, para prajurit AS bahkan memiliki doktrin ‘tidak berguna’ (useless), mengingat demikian tergantungnya kepada teknologi saat bertempur.
Tapi penggunaan persenjataan yang dilengkapi teknologi tertentu justru membuat pasukan AS menjadi lebih ‘manja dan lemah’ jika harus menghadapi pertempuran secara konvensional.
Baca Juga: Indonesia Tak Kalah Moncer, Inilah Jajaran 7 Sniper Terbaik Dunia, Ada Nama Tentara Indonesia Lho!
Dalam peperangan, semua senapan serbu militer AS selalu dilengkapi teleskop, helem bajanya dilengkapi sistem pencahayaan seperti senter dan alat pelihat malam (nigh vision google), serta selalu membawa bekal makanan buatan pabrikan yang sulit ditemukan di medan operasi.
Jika dalam peperangan para personel militer AS sampai kehilangan salah satu peranti teknologi yang harus selalu menyertainya, kemampaun tempurnya otomatis akan turun.
Demikian pula dalam soal makanan.
Prajurit AS hanya bisa memakan bekal pabrikan yang dibawa dan susah sekali untuk bisa mengkonsumsi makanan lokal.
Dalam perkembangan teknologi militer paling terkini upaya untuk memanjakan pasukan AS ternyata terus berlanjut.
Pasalnya pasukan AS yang kadang mengeluh ketika sedang mengoperasikan senapan serbu dan senapan mesin ringan, telah dibuatkan ‘tangan ketiga’ yang bisa membantu penggunaan senjata hingga stabil saat ditembakkan.
Tangan ketiga sebenarnya merupakan kait penyangga senapan yang ujungnya dikaitkan di pinggang dan diberi sarung sesuai warna seragam sehingga tampak seperti tangan.
Dalam peperangan ketika prajurit bersangkutan sedang menembak, kait berupa tangan ketiga memang sangat membantu menyangga senjata sehingga senjata yang sedang ditembakkan menjadi lebih ringan.
Namun, alat pembantu penyangga senjata berupa tangan ketiga itu memang akan berakibat memanjakan prajurit AS karena menjadi sangat tergantung kepada teknologi.
Sebab jika sampai tangan ketiga mengalami kerusakan prajurit AS justru akan mengalami kerepotan saat bertempur.
Apalagi ketika harus keluar dari tank atau terjun payung dari pesawat karena keberadaan tangan ketiga malah bisa mengganggu.
(Agustinus Winardi)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari