Advertorial
Intisari-Online.com - Masih banyak migran yang hidupnya terlunta-lunta tanpa memperoleh kehidupan yang layak hingga saat ini.
Bahkan, banyak dari mereka yang tewas selama upaya mereka untuk memperoleh kehidupan yang layak.
Ribuan migran dilaporkan tewas setelah menderita kekerasan "ekstrem" saat melintasi Benua Afrika menurut laporan PBB pada Rabu (29/7/2020).
PBB memperkirakan, sebanyak 72 orang tewas setiap bulannya di rute benua tersebut.
Ada fokus yang cukup besar terhadap ribuan orang yang hilang di laut saat mencoba menyeberang dari Afrika ke Eropa, namun sebuah laporan baru menemukan bahwa rute dari Afrika Barat dan Timur ke Mediterania bisa sama-sama berbahaya.
Laporan yang berjudul, "On this journey, no one cares if you live or die," (dalam perjalanan ini, tak ada yang peduli Anda hidup atau mati) merinci kenyataan mengerikan yang dihadapi banyak migran dalam sepanjang perlintasan mereka mencari perlindungan.
Laporan itu diterbitkan bersama oleh badan pengungsi PBB dan Pusat Migrasi Campuran Dewan Pengungsi Denmark (MMC).
Kebanyakan migran membuat beberapa pengalaman perjalanan atau menyaksikan, "kebrutalan dan ketidakmanusiaan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata" yang dilakukan para penyelundup, pedagang manusia, militan, dan terkadang beberapa aktor negara menurut UNHCR.
Melansir AFP, pada 2018 dan 2019 sendiri, sebanyak 1.750 orang tewas, setara dengan 72 kematian dalam sebulan atau lebih dari 2 kematian dalam satu hari.
"Membuat rute itu menjadi rute paling berbahaya bagi pengungsi dan migran di dunia," ungkap laporan tersebut.
"Sudah terlalu lama, kekerasan mengerikan yang dialami para pengungsi dan migran di sepanjang rute darat ini sebagian besar tetap tidak terlihat," kata kepala pengungsi PBB Filippo Grandi dalam pernyataannya.
Laporan itu, mendokumentasikan "pembunuhan dan kekerasan luas yang brutal terhadap orang-orang yang putus asa dan melarikan diri dari perang, kekerasan dan penganiayaan."
Hampir sepertiga dari mereka yang mati di sepanjang rute darat mencoba menyeberangi Gurun Sahara.
Lainnya tewas di Libya Selatan yang dilanda perang, sementara rute lain yang mematikan melintasi Republik Afrika Tengah dan Mali yang sedang dilanda konflik.
'Kondisi mengerikan'
Mereka yang selamat, kebanyakan mengalami trauma.
Hal itu terjadi khususnya bagi mereka yang melintasi Libya, di mana banyak percobaan pembunuhan, penyiksaan dan kerja paksa serta pemukulan yang meluas sebagaimana dinyatakan dalam laporan tersebut.
Puluhan ribu pengungsi dan pencari suaka seringkali merupakan migran sub-Sahara Afrika dan Asia yang berharap bisa melintasi Mediterania namun terdampar di Libya yang tengah dilanda kekacauan. Rute itu menjadi rute utama migrasi ilegal ke Eropa.
Dan banyak juga yang mencoba melintasi Mediterania dihentikan dan dikembalikan oleh penjaga pantai Libya.
Lebih dari 6.200 pengungsi terpaksa turun di Libya sejauh ini, kebanyakan dilaporkan mengalami 'kondisi yang mengerikan'.
Para wanita dan anak-anak perempuan, juga pria dewasa dan anak laki-laki menghadapi risiko tinggi pemerkosaan dan kekerasan seksual lainnya selama rute yang beragam itu.
Khususnya di pos pemeriksaan, di daerah perbatasan dan selama penyeberangan gurun, ungkap laporan tersebut.
Para penyelundup merupakan aktor utama di bagian utara dan timur Afrika sementara di barat Afrika, polisi dan pasukan keamanan bertanggung jawab atas seperempat serangan seksual yang dilaporkan.
Sekitar sepertiga dari mereka yang menyaksikan dan selamat dari kekerasan seksual mengatakan peristiwa tragis seperti itu bisa terjadi di lebih dari 1 lokasi.
Miranti Kencana Wirawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "'Dalam Perjalanan Ini, Tak Ada yang Peduli Anda Hidup atau Mati', Laporan PBB tentang Ribuan Migran yang Tewas"