Advertorial
Tampaknya China Sedang Pusing, Wabah Pes 'Black Death' yang Dulu Tewaskan Jutaan Jiwa Muncul di Tiongkok Saat Covid-19 Belum Sepenuhnya Tuntas
Intisari-Online.com - Hingga Senin (6/7/2020), China telah melaporkan83.557 kasus infeksi dengan 4.634 kematian dan 78.518 pasien sembuh.
Negeri Tirai Bambu itu disebut tengah menghadapi kasus Covid-19 gelombang kedua setelah laporan kasus baru di Beijing sejak pertengahan Juni 2020 lalu.
Dalam empat hari terakhir, China melaporkan kasus infeksi virus corona di bawah 10.
Terbaru, ada 4 tambahan kasus baru dikonfirmasi pada Senin (6/7/2020).
Belum virus corona benar-benar tuntas, muncul lagi wabah baru yang dulu sebabkan jutaan kematian di dunia.
Melansir Express.co.uk, Rabu (8/7/2020), Otoritas kesehatan di China mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa ada kasus positif demam berdarah yang telah dicatat di kota Guandge - terletak 750 mil di selatan ibukota Beijing.
Infeksi virus tersebut disebarkan oleh nyamuk dan bisa berakibat fatal karena tidak ada vaksin.
Gejalanya termasuk suhu tinggi, nyeri otot, dan muntah - yang biasanya lewat dalam seminggu.
Baca Juga: Mengobati Panas Demam pada Anak Tanpa Obat, Ini yang Bisa Anda Lakukan
Menurut unggahan oleh para pejabat di Guangde, yang kemudian dihapus, pasien tersebut awalnya didiagnosis dengan virus tersebut pada 5 Juni.
Mereka sebelumnya juga telah melakukan perjalanan melintasi Asia termasuk ke India dan Pakistan.
Kasus-kasus demam berdarah terus meningkat di seluruh Asia selatan.
Bahkan dalam sebulan terakhir di Singapura, dilaporkan dengan lebih dari 1.000 infeksi mingguan.
Menurut Badan Lingkungan Nasional (NEA), lebih dari 15.000 kasus telah dicatat di Singapura saja tahun ini, dengan setidaknya 16 kematian diketahui.
Itu terjadi ketika otoritas kesehatan mengkonfirmasi kasus-kasus wabah pes(bubonic plague) di wilayah Inner Mongolia, China selama akhir pekan.
Pejabat mengonfirmasi kasus positif di provinsi Bayan-Ulgii, setelah bocah 15 tahun terkena infeksi.
Wabah pes, dikenal sebagai "Black Death (Kematian Hitam)" di Abad Pertengahan setelah membunuh lebih dari 100 juta orang.
Penyakit ini dibawa oleh tikus dan wabah baru ini terkait dengan orang yang memakan marmot - sejenis tupai.
Gejala seperti flu termasuk demam, kedinginan, sakit kepala, dan merasa lemah.
Dikhawatirkan lebih dari 30 orang lainnya mungkin juga tertular penyakit yang sangat menular ini dan mereka telah dikirim untuk pengujian.
November lalu empat kasus yang dilaporkan terdeteksi di wilayah tersebut - termasuk dua wabah pneumonik, varian yang lebih mematikan.
Baca Juga: Hadapi Corona: Menjadi Pembelanja yang Cerdas dan Aman Selama Pandemi
Dr Narangeral, kepala kementerian kesehatan di Mongolia, mengatakan: "Kondisi anak telah membaik dan ada laporan bahwa demam telah turun dan rasa sakit di kelenjar ketiak telah berkurang.
“Kami juga mengambil kendali penuh atas 34 suspect dalam kontak pertama. Sampel dari anak akan dikirim pada pukul 22:00 malam ini untuk pengujian.
"Ini adalah wabah kedua di negara kami. Kasus wabah marmot juga telah dilaporkan di Inner Mongolia, China.
"Dalam hal ini, Rusia kemarin mulai mengambil tindakan untuk melarang perburuan marmot.
"Sementara negara tetangga kita memperhatikan dengan seksama, warga kita diperingatkan untuk tidak berburu dan makan marmot secara ilegal dan mengikuti saran mereka."
Wabah Black Death sendiri terjadi pada abad pertengahan.
Penyakit itu disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang ditransmisikan oleh kutu yang terinfeksi oleh tikus.
Black Death juga disebut sebagai Pestilence atau Great Mortality, dan disebut-sebut menjadi wabah terburuk sepanjang sejarah manusia.
Dari tahun 1347 – 1353, diperkirakan 75 – 100 juta nyawa melayang akibat wabah tersebut.
Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, dan menewaskan sekitar seperlima penduduk kota tersebut.
Pada masa itu, Black Death diprediksi berasal dari Asia Tengah atau Asia Timur di mana bakteri menyebar dari inang (tikus/ marmut) melalui transmisi kutu.
Dari dua kawasan tersebut, Black Death traveling melalui Jalur Sutera hingga tiba di Crimea pada 1347.
Dari situ wabah pun menyebar ke kawasan Mediterania, Afrika, Asia bagian Barat, dan beberapa wilayah Eropa antara lain Konstantinopel, Sislilia, dan Italian Peninsula.
Kasus wabah pes telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia.
Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.