Dilansir BBC Senin (1/6/2020), Iyad Halaq setiap hari berjalan dari rumahnya di Wadi al-Joz menuju pusat Elwyn El Quds, sekolah bagi penyandang disabilitas.
Sepupu Iyad, Dr Hatem Awiwi, mengungkapkan pria itu mempunyai penurunan fungsi menuju spektrum autis, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
"Dia tidak tahu polisi. Dia hanya melihat orang asing dan kemudian kabur. Saat itulah dia ditembak mati," kata Awiwi kepada Haaretz.
Saat kejadian, juru bicara kepolisian menerangkan anggota mereka tengah berpatroli di Kota Tua saat melihat Iyad, dan mengiranya membawa benda seperti pistol.
Saat itu, penegak hukum meneriakinya agar berhenti. Tapi, Iyad kemudian berlari. Saat dikejar itulah, dia kemudian ditembak dan tewas.
"Tidak ada senjata yang ditemukan di area itu setelah dilakukan penyisiran," kata kepolisian. Hasil autopsi menyatakan Iyad tertembak dua kali di dada.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saab Erekat, menyatakan kejahatan ini tidak akan diproses secara serius.
Kecuali, dunia berhenti memperlakukan Tel Aviv sebagai negara yang berada di atas hukum. Dia membandingkannya dengan pembunuhan George Floyd di AS.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR