Advertorial
Intisari-Online.com - Dunia tengah disibukkan dengan penanganan pandemi Covid-19.
Meski Covid-19 seolah tengah 'menguasai' dunia, bukan berarti penyakit lainnya lenyap begitu saja.
Bahkan, ilmuwan tengah dibuat bingung dengan infeksi penyakit hepatitis jenis baru yang terjadi di Hong Kong.
Melansir Mirror.co.uk (9/5/2020), Sebanyak 11 orang di Hong Kong terinfeksi hepatitis E yang dianggap hanya mempengaruhi tikus.
Baca Juga: Musim Hujan Datang, Risiko Penyakit Hepatitis A Juga Meningkat, Yuk Kenali Gejala dan Pencegahannya
Hal itu membuat para ilmuwan bingung, bagaimana bisa penyakit tersebut menular ke manusia.
Para ilmuwan percaya bahwa tikus telah menginfeksi manusia dengan jenis baru hepatitis E.
Serangkaian kasus, yang kebanyakan dari mereka di Hong Kong, telah membuat bingung para peneliti penyakit menular, yang mana tidak diketahui bagaimana penaykit ini ditularkan, CNN melaporkan.
Penyakit hepatitis adalah kondisi peradangan hati, yang mana penyebab paling umumnya adalah virus.
Baca Juga: Penyakit Refluks Gastroesofagus pada Anak yang Bikin Sering Muntah
Selain itu, infeksi hati atau liver juga dapat dipicu oleh zat beracun, misalnya alkohol dan obat-obatan tertentu.
Penyakit autoimun juga dapat menyebabkan penyakit ini.
Kemudian, ada 5 jenis virus hepatitis yang disebut sebagai tipe A, B, C, D, dan E.
Masing-masing dibedakan berdasarkan cara penularannya.
Hepatitis E sendiri sebagian besar ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh kotoran orang yang terinfeksi.
Ada empat jenis yang diketahui dari Heptitis E, dan hanya satu yang sebelumnya diduga menulari manusia.
Tetapi sejak 2018, 11 penduduk Hong Kong telah dites positif untuk jenis hepatitis E yang dianggap hanya mempengaruhi tikus.
Kasus terbaru, kasus seorang pria berusia 61 tahun, ditemukan seminggu yang lalu pada 30 April oleh para peneliti di Universitas Hong Kong.
Ahli mikrobiologi, Dr Siddharth Sridhar, yang telah mempelajari kasus-kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya, percaya mungkin ada ratusan orang yang tanpa disadari terinfeksi.
"Yang kami tahu adalah tikus-tikus di Hong Kong membawa virus, dan kami menguji manusia dan menemukan virusnya," ia menjelaskan.
Meski meyakini bahwa tikus-tikus di Hong Kong membawa virus ini, namun para peneliti belum mengetahui bagaimana virus itu berpindah kepada manusia.
Bahkan, mereka menyebut bahwa hal ini merupakan 'mata rantai yang hilang'.
"Tapi bagaimana tepatnya hal itu melompat di antara mereka - apakah tikus mencemari makanan kita, atau ada hewan lain yang terlibat, kita tidak tahu. Itulah mata rantai yang hilang."
Meskipun banyak pasien dengan jenis hepatitis E, manusia hanya melaporkan gejala ringan, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan virus menewaskan 44.000 orang pada tahun 2015.
Penyakit, yang juga dapat menyebabkan demam, penyakit kuning, dan kerusakan hati jangka panjang ini sangat berbahaya bagi pasien dengan sistem kekebalan yang lemah.
Dr Sridhar dan timnya sekarang mencoba untuk menghapus tren baru yang mengkhawatirkan ini, dan memecahkan misteri tentang bagaimana virus itu melompat dari tikus ke manusia.
Baca Juga: 5 Smartphone Kelas Menengah Terbaik di Bulan April 2020 Versi AnTuTu
Menurut Dr Sridhar hal tersebut merupakan hal yang tidak seharusnya terjadi, sehingga perlu kewaspadaan untuk mengendalikan infeksi yang 'tidak biasa' itu.
"Ini seharusnya tidak terjadi. Kita perlu kewaspadaan berkelanjutan di masyarakat untuk mengendalikan infeksi yang tidak biasa ini," lanjutnya.
Selain kasus-kasus Hong Kong, sebuah laporan dari Februari 2019 memberi kesan bahwa seorang pria di Kanada juga telah teruji hepatitis E tikus.
Pasien, yang telah mengunjungi Afrika, pergi ke rumah sakit setelah menderita gatal-gatal, mual, penyakit kuning parah dan hati yang meradang.
Dr Sridhar percaya itu bisa menjadi masalah global, tertutupi oleh fakta bahwa pengujian untuk varian tikus di antara manusia tidak biasa.
Yang mengkhawatirkan, obat yang digunakan untuk mengobati jenis hepatitis E manusia kurang efektif pada jenis yang baru.
Para ilmuwan sekarang berupaya menemukan perawatan yang lebih efektif.
Juga menguji populasi tikus untuk mencoba dan menemukan kelompok penyakit sebelum menyebar.