Advertorial
Intisari-online.com -Angka kematian akibat infeksi virus corona yang telah menjadi pandemi global ini terus bertambah.
Menariknya, angka kasus kematian akibat Covid-19 ini banyak terjadi pada pria.
Tren ini telah direplikasi di semua negara, akan tetapi, para ilmuwan belum bisa memahami penyebabnya.
Namun, berdasarkan sejumlah studi yang dilakukan, faktor risiko Covid-19 ini umumnya didasarkan pada usia dan kondisi kesehatan.
Akan tetapi, seperti dilansir dari The Guardian, Minggu (19/4/2020), Covid-19 semakin jelas mendeskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan data terbaru dari Kantor Statistik Nasional di Inggris menunjukkan laki-laki hampir dua kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit Covid-19 yang disebabkan infeksi virus corona, SARS-CoV-2.
Pertama kali, tren ini terlihat di China, di mana dalam suatu analisis menemukan tingkat kematian pada pria yang terinfeksi Covid-19 sebesar 2,8 persen.
Sedangkan pada wanita, potensi kematian akibat virus corona ini hanya mencapai 1,7 persen.
Sejak itu, pola tersebut telah terjadi juga di Perancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan dan sekarang di Inggris.
Di Italia, sebanyak 71 persen kematian akibat virus corona terjadi pada pria.
Sedangkan di Spanyol, data terbaru yang dirilis menunjukkan jumlah pria yang meninggal dua kali lebih dibandingkan wanita.
Sementara itu, di Inggris tercatat dari 4.122 kematian yang terdaftar, jumlah kematian pada pria sebanyak 2.523 kematian dan pada wanita ada 1.599 kematian.
Jadi, kenapa pria lebih rentan?
Profesor Sarah Hawkes, direktur UCL Center for Gender and Global Health, tidak dapat memastikan penyebabnya.
Awalnya, merokok direkomendasikan sebagai kemungkinan penyebab risiko kematian akibat Covid-19 ini.
Di China, hampir 50 persen pria, merokok dan hanya 2 persen wanita yang merokok di negara tersebut.
Baca Juga: Tumben Absen dari Acara Penting, Apakah Kim Jong Un Punya Masalah Dengan Kesehatan?
Selain itu, perbedaan mendasar dalam kesehatan paru-paru pria, diasumsikan berkontribusi pada gejala yang lebih buruk, dari infeksi virus corona, SARS-CoV-2 ini.
Perokok pria lebih berisiko
Hipotesis merokok sebagai penyebab kematian paling berisiko dari wabah virus corona ini telah dirangkum dalam sebuah makalah yang diterbitkan bulan lalu. Dalam makalah tersebut menemukan, sebanyak 12 persen perokok memiliki gejala ringan, tetapi 26 persen dari mereka berakhir dalam perawatan intensif atau meninggal.
Merokok ternyata juga dapat menjadi cara pertama penularan infeksi virus corona.
Sebab, perokok lebih banyak menyentuh bibir dan mungkin berbagi rokok yang terkontaminasi.
Faktor perilaku berdasarkan gender
Sementara, faktor-faktor perilaku yang berbeda antar gender, mungkin juga dapat berperan dalam kerentanan seseorang terhadap penularan virus corona ini.
Dalam beberapa penelitian menunjukkan, pria cenderung mencuci tangan tanpa sabun.
Lebih sedikit dari mereka yang mencari perawatan medis dan lebih cenderung mengabaikan nasihat masyarakat.
Ini adalah generalisasi besar, tetapi di seluruh populasi di dunia menempatkan pria pada risiko yang lebih besar di tengah pandemi ini.
Faktor biologis
Kendati demikian, pemahaman lain tentang risiko kematian akibat Covid-19 pada pria terus berkembang.
Para ahli menilai adanya faktor biologis yang lebih besar potensinya dalam berkontribusi terhadap angka kematian Covid-19 pada pria.
Sementara ada proporsi yang lebih tinggi dari perokok pria di banyak negara.
Di Inggris, 16,5 persen pria merokok dibandingkan dengan 13 persen wanita dan perbedaannya tidak separah di China.
Akan tetapi pria terus terwakili dalam statistik Covid-19.
"Pengamatan yang berkembang tentang peningkatan mortalitas pada pria terus terjadi di China, Italia dan Spanyol. Kami melihat ini di berbagai negara dan budaya yang sangat beragam," kata Sabra Klein, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Klein tidak berpikir jika merokok menjadi faktor utama penyebab tingginya kematian Covid-19 pada pria.
Respons kekebalan tubuh pada pria
Sementara itu, dalam penelitian sebelumnya, mengungkapkan laki-laki memiliki respons kekebalan antivirus bawaan yang lebih rendah terhadap berbagai infeksi, termasuk hapatitis C dan HIV.
Studi pada tikus dalam penelitian ini, juga berlaku untuk infeksi virus corona, meskipun penelitian secara khusus belum dilakukan terhadap Covid-19.
"Sistem kekebalan tubuh mereka (laki-laki) mungkin tidak langsung merespons dengan tepat ketika infeksi awal virus," jelas Klein.
Hormon juga dapat berperan dalam potensi infeksi virus corona.
Sebab, hormon estrogen telah terbukti meningkatkan respons antivirus sel-sel imun.
Bahkan, ada banyak gen yang mengatur sistem kekebalan tubuh yang dikodekan pada kromosom X.
Pada pria hanya ada satu kromosom X, sedangkan pada wanita memiliki dua kromosom X.
Oleh karena itu, kemungkinan beberapa gen yang terlibat dalam respons kekebalan tubuh saat infeksi virus, baik itu pada virus corona, Covid-19, lebih aktif pada wanita, dibandingkan pada pria.
(Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kematian Pria Akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini