Advertorial
Intisari-online.com -Banyak negara masih berjuang melawan wabah Covid 19.
Penularan yang begitu cepat membuat berbagai upaya penutupan wilayah terus berlangsung.
Sudah tentu semua ini membuat semua kegiatan ekonomi terganggu.
Banyak riset mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia pun akan menjadi negatif.
Apa yang akan terjadi dengan perekonomian dunia dengan pertumbuhan negatif?
Apa yang akan terjadi di Indonesia?
Melansir wawancara khusus Kontan.co.id dengan Martin Panggabean Dosen Program Studi Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Katolik Atma Jaya, ini menurutnya yang akan terjadi.
Martin menyebut wabah Covid-19 akan mengubah struktur produksi dunia.
Dan kalau kita sudah berbicara tentang perubahan struktur produksi, termasuk di antaranya lokasi produksi, maka kita tidak bisa berbicara jangka pendek.
Semua akan berubah secara drastis.
Misalnya yang paling gampang menurutnya China bukan lagi pusat manufaktur dunia di mana semua negara barat menaruh semua produksinya di China.
Tapi mereka sekarang belajar, ada beberapa hal yang mereka harus produksi sendiri, tidak boleh 100% semua ditaruh di China.
Baca Juga: Baru 2 Hari Dilarang, Kini Kemenhub Bolehkan Ojel Bawa Penumpang, Asal...
Pasalnya jika China lumpuh maka semua negara mendapatkan masalahnya.
Jadi pertama, kalau dulu mereka offshore sekarang onshore.
Kedua kalau perusahaan ingin diversifikasi aktivitas produksinya, maka sebenarnya kalau mereka tidak ke China, mereka harus melihat negara-negara lain termasuk Indonesia.
Nah Indonesia harus bisa menyiapkan diri, mau memproduksi apa.
Menurutnya, dalam hal ini pemerintah belum pernah membicarakan hal ini seperti apa yang akan diandalkan Indonesia sekaligus kekuatan negara kita.
Buruh murah sudah bukan lagi hal utama dalam sektor industri, tetapi poin kelanjutan produksi juga penting untuk saat ini.
Pelajaran penting, menurutnya adalah produksi sudah harus berani tidak hanya bertumpu kepada biaya paling murah.
Meski begitu, mengubah sentra produksi tidak semudah membalik telapak tangan.
Martin menyebutkan nanti supply chain akan berubah pula.
Pola perkapalan dalam pengiriman barang pun juga akan berubah, demikian pula pola dan lokasi manufaktur.
Karena dari hulu hingga ke hilir sudah hampir semua berubah, maka dipastikan harga saat barang sampai ke konsumen pasti akan berubah.
Contoh konkrit saat ini adalah persoalan masker di dunia.
Amerika harus mengimpor dari China, meski Amerika memiliki pabrik masker 3M di negara tersebut.
Mengejar biaya produksi paling rendah tidak selalu pilihan terbaik dalam semua situasi, menurut Dosen Atma Jaya itu lagi.
Baginya, tidak hanya pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi inflasi global akan naik.
Sebab, paradigma sudah bergeser bukan lagi harga produksi terendah.
Hal inilah yang menurutnya menyebabkan pasar finansial tidak akan naik besar-besaran untuk sementara ini terutama di negara maju.
Selanjutnya ia menyebutkan safe haven yang dicari orang-orang dalam kondisi krisis.
Menurutnya, safe haven yang selama ini dilihat orang-orang adalah negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris atau Uni Eropa.
Namun melihat betapa lumpuhnya ketiga safe haven tersebut saat ini, sudah tidak tepat menyebut negara-negara tersebut sebagai safe haven.
Safe haven seharusnya memiliki stabilitas ekonomi dan politik, dan melihat Amerika memiliki peluang untuk dipimpin oleh Donald Trump 4 tahun lagi, menurutnya Amerika bukanlah safe haven untuk hal tersebut.
Krisis Covid-19 juga baginya menciptakan ketegangan di dalam Uni Eropa, menjadi ujian apakah mereka mampu bertahan.
Pun juga bagi Inggris, hal ini menjadi ujian karena apakah mereka akan mampu berdiri sendiri di luar Uni Eropa?
Kemudian, jika paradigma orang-orang terhadap safe haven di dunia berubah, maka aliran dana global akan berubah juga.
Diketahui sampai saat ini aliran dana global masuk ke safe haven yang tradisional.
Namun jika safe haven tidak hanya 1-2 negara, maka yang terjadi adalah aliran dana global mengalami diversifikasi dengan komposisi pendapatan per negaranya bisa naik bisa turun.
Seperti halnya aset safe haven saat ini masih emas sebagai aset utama.
Namun menurut Dosen Atma Jaya tersebut hal itu bisa berubah karena perilaku orang dapat berubah secara radikal.
Sementara untuk Indonesia apakah stimulus negara kita semua cukup, ia menjawab dengan realistis tidak perlu membicarakan cukup atau tidak.
Sebab keuangan negara kita terbatas.
Sehingga kita tidak dapat mengharapkan cukup banyak.
(Djumyati Partawidjaja)
Artikel merupakan saduran dari Kontan.co.id berjudul Martin Panggabean: Covid-19 akan ubah struktur industri dunia
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini