Advertorial

Sama-sama Lockdown, Ini Bedanya Cara China dan Negara Lain Atasi Virus Corona, Kalau Tidak Lockdown? Cara Korea Selatan yang Paling Baik!

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Per hari ini, Senin (4/6/2020) pukul 9.30 WIB, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia mencapai 1.273.709 kasus.

Dilaporkan ada 69.456 kasus kematian dan262.486 dinyatakan sembuh.

Tingginya angka pasien positif virus corona dari hari ke hari membuat sejumlah negara melakukan banyak kebijakan.

Salah satu kebijakan yang digunakan demi mengatasi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 adalah lockdown ataupenutupan wilayah.

Baca Juga: Dulu Sebut 'Flu Musiman' dan Tolak Lockdown, Kini Trump Pontang-panting Atasi Virus Corona, Sudah Capai 336.673 Kasus!

Negara pertama yang melakukannya adalah pemerintah kota Wuhan di China.

Sebab, di sinilah awal mula virus corona ditemukan dan menyebar ke seluruh dunia.

Tercatat, kota Wuhan sudah di lockdown sejak 23 Januari 2020 lalu.

Dilaporkan semua transportasi umum, termasuk bus, kereta, penerbangan, hingga perjalanan kapal feri dihentikan sementara.

Penduduk di Wuhan juga dilarang keluar dan masuk kawasan tanpa izin dari pihak berwenang.

Baca Juga: Berawal dari 1 Mobil, Terjadi Kebakaran Besar yang Hancurkan Lebih dari 3.500 Mobil Sewaan, Berlangsung Selama 18 Jam dan Asap Hitam Bisa Dilihat dari Bermil-mil Jauhnya

Hasilnya cukup baik. Hingga hari ini, kasus virus corona di China stuck di angka 81.000 kasus.

Dan menempati peringkat keenam negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia.

Negara lain yang melakukan lockdown adalah Italia. Lockdown sudah diumumkan sejak awal Maret 2020 silam.

Namun setelah hampir 1 bulan di lockdown, kasus di Italia justru semakin bertambah banyak.

Bahkan kini Italia menjadi negara dengan kasus kematian tertinggi akibat virus corona.

Total kasus di Italia mencapai 128.948 kasus dengan 15.887 kasus kematian dan 21.815 orang sembuh.

Berbanding jauh dengan China yang angka kematiannya hanya 3.331 kasus dan 77.078 lainnya dinyatakan sembuh.

Mengapa begitu jauh?

Baca Juga: Rumah Sakit dan Rumah Duka Penuh, Ratusan Jenazah Pasien Virus Corona Tergeletak di Jalan, 'Tolong Ada Jenazah Sudah 3 Hari Dibiarkan dan Mulai Membusuk'

Menurut Sun Shuopeng, ketua eksekutif palang merah masyarakat China yang datang ke Italia untuk membantu melakukan press konferens di Milan paa 19 Maret 2020, ada sejumlah masalah di Italia.

"Saya temukan di kota milan, yang merupakan daerah terparah oleh Covid-19, Anda (negara Italia) memiliki kebijakanlockdown yang sangat longgar," ucap Sun Shuopeng.

Bahkan transportasiumum masih berfungsi, orang masih berjalan-jalan, dan masih berkumpul di hotel.

"Saya melihat banyak orang tidak memakai masker."

Sementara di China, pemerintah benar-benar ketat. Tidak ada orang yang jalan-jalan.

Jika pun ada, mereka ada kebutuhan penting atau mereka anggota polisi.

Soal makanan, China memakai sistem delivery atau antar makanan ke rumah. Jadi, warga tak perlu ke luar rumah.

Bahkan kota Wuhan layaknya kota mati karena tidak ada orang yang keluar rumah.

Sementara 16 hari setelah lockdown dikabarkan terjadi kerusuhan di Italia seperti penjarahan supermarket.

Jika lockdown saja masih banyak kasus virus corona, bagaimana dengan negara yang tidak melakukan lockdown?

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang tidak melakukan lockdown.

Akibatnya sangat terlihat, di mana kini negara ini menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia. Mencapai lebih dari 300.000 kasus.

Baca Juga: Kasus Jenazah Siswi SMP Disetubuhi Usai Dibunuh Pelaku, Apa Alasan Orang Mau Berhubungan Badan Dengan Mayat?

Tapi ada negara yang berhasil mengatasi virus corona dengan baik tanpa lockdown.

Mereka adalah Korea Selatan dan Jepang.

Korea Selatan tidak melakukan lockdown tapi melakukan rapid test atau melakukan tes kepada banyak warganya.

Dan semua tes itu gratis.

Artinya warga bisa melakukan tes jika mengalami gejala virus corona tanpa memikirkan harganya.

Berbeda di Amerika Serikat yang harus membayar jika Anda ingin melakukan tes.

Bahkan perawatan pasien positif virus corona juga tidak ditanggung pemerintah.

Padahal beberapa negara lain seperti Indonesia, memberikan perawatan gratis bagi pasien positif virus corona.

Ada juga layanan test drive thru dan layanan bilik telepon yang sangat baik di Korea Selatan.

Baca Juga: Walau Jumlah Pasien Virus Corona Tertinggi di Indonesia dengan 1.124 Orang, Warga Jakarta Masih Berdesak-desakkan di Pasar

Artikel Terkait