Advertorial

Menteri Luhut Sebut Virus Corona Tak Kuat Bertahan di Cuaca Panas Indonesia, Benarkah? Ini Jawaban Ahli dan WHO

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Beberapa waktu lalu,Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, virus corona tak kuat bertahan di cuaca Indonesia yang cenderung panas.

"Dari hasil modelling kita yang ada, cuaca Indonesia, ekuator ini yang panas dan juga itu untuk Covid-19 ini enggak kuat," kata Luhut dikutip dari Kompas.com pada Kamis (2/4/2020).

Baca Juga: Sosok Gusti Nurul, Wanita yang Berani Tolak Cinta Bung Karno hingga Sutan Syahrir, 'Pantang bagi Wanita Berpindidikan untuk Dimadu'

Selain Menko Luhut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyebutkan, kondisi cuaca atau iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah Covid-19.

"Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 hingga 30 derajat celsius."

"Dan lkelembapan udara berkisar antara 70-95 persen."

"Dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak Covid-19," kata Dwikorita.

Benarkah hal ini?

Baca Juga: Walau Jumlah Pasien Virus Corona Tertinggi di Indonesia dengan 1.124 Orang, Warga Jakarta Masih Berdesak-desakkan di Pasar

Dilansir dari kompas.com pada Minggu (5/4/2020),Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan sebaliknya.

Menurutnya, faktor cuaca, dan letak geografis Indonesia yang berada di khatulistiwa dengan iklim tropis dinilai tidak terbukti secara signifikan dapat menghambat laju penyebaran virus corona.

Dicky memberi contoh apa yang terjadi di Guayaquil, Ekuador.

Ekuador adalah negara di benua Amerika yang memiliki sebagian hutan Amazon dan juga dilalui garis katulistiwa.

Berdasar data JHU Covidtracker, saat ini Ekuador memiliki total kasus Covid-19 sebanyak 3.465 dengan 318 kematian.

Selain itu Dicky juga menyebutkan, temuan data dari China menemukan tidak ada keterkaitan yang kuat antara iklim dan cuaca dengan kejadian Covid-19.

Tak terpengaruh cuaca

Pada penelitian awal ditemukan bahwa angka reproduksi (Ro) virus corona relatif sama tingginya baik di cuaca kering, dingin, dan juga wilayah tropis dengan kelembaban tinggi seperti Guangxi, China dan Singapura.

Dicky juga memaparkan dari peneliti di Harvard bahwa mengingat vrus SARS-CoV-2 merupakan virus baru pada manusia, maka Covid-19 akan mudah menyebar di setiap musim karena manusia belum memiliki kekebalan.

Baca Juga: Beda Pendapat, BIN Prediksi Puncak Pandemi Virus Corona pada Juli dengan 106.000 Kasus, Tapi Menteri Luhut Sebut Akan Mereda di Akhir April Karena Hal Ini

Karena itu dalam penelitian tersebut juga menekankan pentingnya melakukan intervensi isolasi orang yang terinfeksi, menjaga jarak fisik dan lainnya.

"Virus corona penyebab Covid-19 dapat menyebar di setiap wilayah dan lokasi geografiss."

"Sehingga upaya utama yang perlu dilakukan adalah test, trace, treat, isolate dan adaptasi perilaku pencegahan dengan mengesampingkan faktor cuaca dan geografis," kata Dicky.

Penjelasan WHO

Penjelasan dari WHO seperti dikutip dari web resmi sejauh ini menyebutkan bahwa memaparkan diri di bawah sinar matahari atau ke suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat celcius tidak mencegah penyakit Covid-19.

"Anda masih dapat terkena Covid-19 tidak peduli seberapa cerah atau panas cuacanya."

"Negara-negara dengan cuaca panas telah melaporkan kasus Covid-19."

"Untuk melindungi diri Anda, pastikan Anda sering membersihkan tangan dan teliti serta menghindari menyentuh mata, mulut, dan hidung Anda," bunyi pernyataan WHO.

(Rizal Setyo Nugroho)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Epidemiolog: Cuaca dan Geografis Indonesia Tak Signifikan Hambat Penyebaran Corona")

Baca Juga: Sudah 8,5 Juta Pelanggan Berhasil Klaim, Ini 5 Cara Dapatkan Token Listrik Gratis, Anda Sudah?

Artikel Terkait