Advertorial

Balita Berusia 5 Tahun Ditemukan Tinggal Bersama Jenazah Ibunya yang Positif COVID-19: 'Dia Tidak Bekerja di Daerah yang Merawat Psiean Virus Corona'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Seorang anak kecil tinggal bersama mayat ibunya yang meninggal kareva virus corona.

Dilansir dari Daily Star, Kamis (26/3/2020), anak itu telah selama 12 jam bersama ibunya yang tak lagi bernyawa saat ditemukan oleh pihak berwenang.

Atlanta Journal-Constitution melaporkan bahwa wanita 42 tahun yang tak dikenal itu kemungkinan besar sudah meninggal dunia selama 12-16 jam.

Baru keduanya kemudian ditemukan di rumahnya di Coweta Country, AS.

Baca Juga: Penurunan Kegiatan Ekonomi Membuat Orang-orang Nekat Mudik Lebih Awal, Kemenhub Imbau Pemerintah Daerah Lakukan Upaya-upaya Ini

Tes setelah kematian mengkonfirmasi bahwa sang ibu terinfeksi COVID-19.

Masih belum jelas bagaimana dia bisa tertular virus ini dan sementara juga belum diketahui apakah sang anak itu juga terinfeksi.

Mayat ibu, yang ternyata seorang perawat, ditemukan saat polisi sedang menyisir daerah untuk pemeriksaan kesejahteraan.

"Dia tidak bekerja di daerah yang merawat pasien COVID-19."

Baca Juga: Dijuluki 'Ladyboy' Tercantik di Thailand Hingga Membuat Taipan China Terpikat dan Menikahinya, Tak Disangka Begini Penampilannya Sebelum Fisiknya Dirombak Total

"Doa kami panjatkan dan iringkan kepada keluarga dalam masa-masa sulit ini," kata juru bicara Piedmont Healthcare John Manasso dalam rilisnya.

Dia menambahkan:

"Karena kami diberitahu bahwa tes COVID-19 hasilnya positif, sebagai tindakan pencegahan, kami telah menghubungi karyawan dan pasien yang mungkin telah melakukan kontak dengannya."

Baca Juga: Kepala Pasien Ditutup dengan Tabung Hingga Mayat-mayat Diangkut Dengan Kendaraan Militer, Beginilah Suasana Mencekamnya Italia Akibat Wabah Covid-19

Hingga kemarin sore, Georgia telah mengkonfirmasi 1.026 kasus virus corona dan 32 kematian.

Gubernur Georgia Brian Kemp telah mengumumkan penutupan semua sekolah umum, serta melarang pertemuan lebih dari 10 orang.

AS memiliki 85.505 kasus COVID-19, dengan 1.288 kematian.

Presiden Donald Trump berharap untuk membuka AS pada bulan April, pada waktunya untuk Paskah - meskipun para ahli kesehatan telah memperingatkan ini bisa merugikan.

Baca Juga: Akhirnya MUI Keluarkan Fatwa Soal Pedoman Shalat Bagi Tenaga Medis, Boleh Pakai APD dan Tak Bersuci Bila Terdesak, Ini 11 Ketentuan Selengkapnya

Saat ini AS telah menutup perbatasannya dengan negara-negara Eropa dalam upaya mencegah penyebaran coronavirus.

Inilah Tanda Tak Kasat Mata, Anda Bisa Diam-diam Menjadi Penular Virus Corona Meskipun Tidak Merasakan Sakit, Demam, atau Batuk-batuk

Siapa pun yang tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk mencium bau harus berhati-hati.

Bisa jadi Anda secara diam-diam menularkan virus corona meski tak memiliki gejala yang signifikan.

Dilansir dariBusiness Insider,Minggu (22/3/2020), di Korea Selatan, China, dan Italia, sekitar sepertiga dari pasien yang dites positif COVID-19 juga melaporkan hilangnya kemampuan mencium.

Hal ini juga dikenal sebagai anosmia atau hyposmia.

Baca Juga:Aneh Tapi Nyata, di Australia Kebanyakan Orang Kaya yang Terinfeksi Virus Corona, Kebiasaan Hidup Orang Berduit Ini Diduga Menjadi Pemicunya

Yang juga dilaporkan oleh para ahli telinga, hidung, dan tenggorokan terkemuka di Inggris.

Di Korea Selatan, di mana pengujian telah lebih luas, 30% pasien yang dites positif mengalami anosmia sebagai gejala utama yang mereka alami dalam kasus-kasus ringan.

Para profesor mengatakan bahwa banyak pasien di seluruh dunia yang telah dites positif COVID-19 hanya menunjukkan gejala kehilangan bau dan rasa.

Baca Juga:Dicurigai sebagai Korban Corona hinga Bikin Panik Petugas, Ternyata Seorang Driver Ojol yang Terkapar di Atas Motor Pinggir Jalan Hanya Tertidur Pulas, Begini Kronologinya

Ya! Tanpa gejala demam tinggi dan batuk yang lebih dikenal.

"Ada peningkatan jumlah laporan yang meningkat secara signifikan dalam jumlah pasien yang mengalami anosmia tanpa adanya gejala lain," kata pernyataan itu.

Iran telah melaporkan peningkatan mendadak dalam kasus anosmia.

Baca Juga:Jadi Rezeki Nomplok Intel AS, Rekaman Suara yang Diselundupkan Keluar dari Korea Utara Ini Pernah Bikin Geger, Ternyata Kim Jong-il Juga Menghina Bangsanya Sendiri Seperti Ini

Sementara itu, sama halnya yang terjadi pada mereka di AS, Prancis, dan Italia Utara.

Kurangnya gejala yang dikenal lainnya dalam kasus ini mungkin berarti mereka tidak mungkin diuji untuk tes corona dan tidak diisolasi.

Baca Juga:Ubah Social Distancing Jadi Physical Distancing, Ini Alasan WHO, 'Ingat Jaga Jarak, Bukan Putus Hubungan'

Itu artinya, mereka memiliki kemungkinan besar menjadi penular aktif.

Mereka juga bisa berkontribusi terhadap penyebaran virus corona secara cepat di seluruh dunia.

“Pasien-pasien ini mungkin beberapa dari pembawa tersembunyi yang sampai sekarang telah menyebarkan COVID-19 dengan cepat," ungkap mereka.

Artikel Terkait