Advertorial
Intisari-Online.com - Saat para petugas medis mempertaruhkan nyawa menjadi garda terdepan dalam mengatasi mewabahnya Covid-19, ada saja yang tega memberikan stigma negatif kepada mereka.
Ya, meski apresiasi terus lantang disuarakan oleh orang-orang, sebagian lain justru berbuat sebaliknya.
Ternyata, ada para petugas medis yang mendapat stigma negatif, dikhawatirkan membawa virus corona.
Kisah memilukan itu ramai diperbincangkan di media sosial.
Mengutip Kompas.com, informasi tersebut salah satunya diunggah oleh jurnalis Kompas TV Sofie Syarief dalam akun Twitter pribadinya @sofiesyarief.
"Tadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Pak Harif Fadhilah bilang perawat (dan sejumlah dokter) mulai jadi sasaran stigmatisasi warga.
Beberapa cerita masuk soal upaya pengusiran oleh tetangga karena dianggap jadi pembawa virus. Bahkan anak-anak jadi sasaran," tulis Sofie Syarief.
Cuitan tersebut mendapat banyak tanggapan, termasukdari sejumlah warganet yang bekerja sebagai perawat dan dokter yang menceritakan pengalaman mendapat stigma negatif itu.
Sementara itu, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadillah meminta masyarakat tak perlu takut apalagi memberi stigma negatif pada perawat.
Hal itu menyusul insiden sejumlah perawat dan dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang angkat kaki dari indekos mereka lantaran distigma membawa Covid-19 oleh tetangga.
Harif berujar, masyarakat mestinya malah merasa bersyukur apabila bertetangga dengan perawat di tengah pandemi Covid-19 ini.
"Masyarakat nggak usah takut lah sama perawat. Harusnya bersyukur dan beruntung ada di dekat perawat," kata Harif kepada Kompas.com, Rabu (25/3/2020).
"Takutlah sama kerumunan-kerumunan. Harus takut itu, bukan takut sama perawat," imbuh dia.
Menurut Harif, perawat yang tinggal di sebuah lingkungan justru akan banyak memberi bantuan kepada masyarakat berupa edukasi dan informasi penanganan suatu penyakit.
Perawat justru dapat diandalkan sebagai salah satu informan tepercaya di tengah pandemi Covid-19 yang kerap ditumpangi simpang-siur informasi.
"Kalau ada yang butuh bantuan, kami perawat pasti akan berikan, paling tidak memberikan masukan dari sisi edukasi bidang kesehatannya," jelas Harif.
Terakhir, ia menegaskan bahwa insiden yang menimpa sejumlah perawat dan dokter RSUP Persahabatan tidak mewakili nasib seluruh perawat di Jakarta di tengah pandemi Covid-19.
Tak sedikit warga yang justru mengapresiasi keberadaan perawat di lingkungan tempat tinggal mereka, seraya memberikan aneka dukungan atas kerja keras para perawat di masa seperti ini.
Baca Juga: Saat Bekerja dari Rumah Ini 5 Peregangan yang Bisa Dilakukan di Antara Waktu Istirahat, Yuk Lakukan!
"Yang lain rasanya sih tidak ada masalah. Di tempat tinggal saya juga, orang juga senang kalau tahu saya perawat," ujar Harif.
"Memang harusnya seperti itu, karena kami perawat pasti memberikan edukasi kepada masyarakat lingkungan sekitarnya. Jadi jangan diusir," tutup dia.
Mengenai insiden terusirnya perawat dan dokternya, Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Rogayah mengungkapkan bahwa mereka bukan diusir melainkan memilih angkat kaki.
Hal itu disebabkan karena kuatnya stigma tetangga indekos, bahwa para perawat dan dokter itu membawa virus corona.
"Mereka tidak nyaman karena ada stigma, mereka bekerja di RSUP Persahabatan, sebagai rumah sakit infeksi," jelas Rita kepada wartawan, Rabu.
"Sehingga mereka kalau kembali ke rumah, mereka merasa sepertinya menularkan Covid-19 dan membawa virus ke rumah. Lingkungan itu menstigma mereka itu membawa penyakit," ia menambahkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Perawat Pasien Covid-19 Distigma Negatif, PPNI: Masyarakat Beruntung Ada di Dekat Perawat