Advertorial

Obat Avigan dan Klorokuin Didatangkan Pemerintah untuk Obati Covid-19, ini Dia yang Perlu Anda Ketahui Tentang Dua Obat Tersebut

May N

Penulis

Pemerintah datangkan dua obat internasional untuk obati Covid-19, ini dia serba-serbi avigan dan klorokuin
Pemerintah datangkan dua obat internasional untuk obati Covid-19, ini dia serba-serbi avigan dan klorokuin

Intisari-online.com -Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa pemerintah telah menyiapkan obat yang diyakini ampuh untuk menyembuhkan pasien Covid-19.

Ada dua jenis obat yang disiapkan, yaitu Avigan dan Klorokuin.

Pemerintah disebut telah mendatangkan 5.000 butir Avigan dan tengah memesan 2 juta butir obat tersebut.

Sementara itu, Klorokuin sudah disiapkan sebanyak 3 juta butir.

Baca Juga: Waspadai Gejala Asam Urat Rendah, Salah Satunya Mengeluarkan Volume Urin yang Cukup Besar Hingga Bisa Alami Dehidrasi

Avigan

Avigan atau Favipiravir adalah obat antivirus dari Jepang yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang, yaitu Fujifilm Toyama Chemical, dan diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical.

Pada dasarnya, Avigan dikembangkan untuk mengobati virus influenza.

Bulan lalu, Avigan tersebut diakui sebagai pengobatan eksperimental untuk pasien Covid-19.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Umumkan, Telah Siapkan Dua Obat Ini Untuk Menangani Pasien Virus Corona

“Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan (melawan virus corona),” tutur Zhang Xinmin dari Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China kepada The Guardian.

Situs Live Science menyebutkan, Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA.

Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 memang memiliki materi genetik utama RNA, bukan DNA.

Obat ini menghentikan replikasi virus dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA Polimerase.

Baca Juga: Ketahui Ini Perbedaan Gejala Asam Lambung dan Maag, Meski Keduanya Bikin Tak Nyaman Pencernaan

Menurut jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser.B, dan Physical and Biological Science, tertulis bahwa tanpa adanya enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang.

Uji klinis Avigan

Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 orang di Wuhan dan Shenzhen.

Empat hari usai diberikan obat tersebut, para pasien Covid-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif.

Baca Juga: Inilah 4 Hal yang Sebaiknya Tidak Pernah Anda Lakukan Saat Social Distancing

Meski begitu, setengah pasien yang dites menunjukkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat obat Avigan.

Ahli melihat bahwa pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca-tertular.

Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan adanya perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak.

Baca Juga: Selain Sensasi Terbakar di Dada, Gejala Maag Kambuh Termasuk Rasa Pahit di Mulut dan Kesulitan Menelan

Pada pasien yang mengonsumsi obat Avigan tampak kondisi paru meningkat 91 persen.

Sedangkan yang tidak mengonsumsi obat Avigan, kualitas paru meningkat hanya 62 persen.

Sementara itu, dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari.

Di Jepang, Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang.

Baca Juga: Dampaknya Sangat Besar untuk Mencegah Penyebaran Covid-19, 'Social Distancing' Jadi Langkah Tepat di Tengah Merebaknya Virus Corona, Yuk Jangan Bandel Lagi!

Ahli menemukan bahwa obat ini kurang efektif jika diberikan pada pasien yang memiliki gejala berat.

“Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien,” tutur narasumber dari Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun.

Klorokuin

Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate.

Baca Juga: Selain Virus Corona, Pernah Ada Penyakit Meteor Hingga Organ Kelamin Pria yang Menciut, Inilah Pandemi Paling Aneh yang Tercatat Dalam Sejarah

Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.

Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran (Unpad), Keri Lestari, mengatakan bahwa kedua struktur tersebut (quinine sulfate dan chloroquine phosphate) memiliki manfaat yang sama dalam proses penyembuhan penyakit malaria.

Klorokuin memang menjadi salah satu senyawa yang dianggap sebagai kandidat antivirus untuk Covid-19.

Penelitian telah dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology dari Chinese Academy of Sciences.

Baca Juga: Setelah 3 Bulan 'Perang' Lawan Corona, Akhirnya China Pertama Kali Umumkan 0 Kasus Positif Domestik, Puluhan Ribu 'Pahlawan' di Wuhan Ini Rasakan Dampak Baiknya

Penelitian tersebut dilakukan oleh ahli virologi Manli Wang bersama timnya, dan telah dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Berdasarkan penelitian awal, klorokuin dapat menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh di dalam sel saat diuji pada kera.

Situs Science News menyebutkan bahwa klorokuin dapat memblokir infeksi virus dengan mengganggu kemampuan beberapa virus, termasuk SARS-CoV-2, untuk memasuki sel.

“Klorokuin juga dapat membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus tanpa jenis reaksi berlebihan, yang dapat menyebabkan kegagalan organ,” tutur para peneliti.

Baca Juga: Memilukan, Juru Bicara Kemenkes Iran Sebut Tiap 10 Menit Virus Corona Membunuh Satu Orang di Negaranya

Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit FKUI, dr Nafrialdi, sebelumnya menekankan perlunya uji klinis untuk dapat menetapkan klorokuin sebagai obat untuk melawan virus corona.

Nafrialdi juga memiliki kekhawatiran karena klorokuin sebagai obat antimalaria juga sudah tidak lagi digunakan karena banyaknya kasus resisten malaria di sejumlah wilayah, termasuk Papua.

Kendati demikian, apabila memang klorokuin dapat menjadi obat bagi pasien Covid-19, maka itu merupakan sinyal awal.

“Itu mungkin hanya sinyal awal, tapi jangan langsung diterjemahkan bisa langsung dipakai.

Baca Juga: Pecahkan Rekor Dunia dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Virus Corona, Italia Kerahkan Pasukan Militer Untuk Angkut Jenazah Korban Covid-19

"Perlu dilakukan serangkaian uji klinis untuk bisa menyatakan obat antimalaria menjadi obat virus corona,” tutur Nafrialdi dilansir dari Kompas.com, Kamis (12/3/2020).

(Sri Anindiati Nursastri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Serba-serbi Avigan dan Klorokuin, Obat Covid-19 yang Didatangkan Pemerintah"