"Hasil penelitian ini, kami menunjukkan bahwa transmisi aerosol yang mengandung virus corona, SARS-CoV-2 cukup masuk akal.
Sebab, virus dapat tetap hidup dan menular di aerosol selama berjam-jam," ungkap penulis penelitian ini.
Bahkan, jika bekas partikel virus di udara saat pasien bersin atau batuk dapat bertahan berjam-jam di udara, maka kemungkinan masih ada partikel yang tertinggal hanya mencapai sekitar enam kaki dari titik asal.
Jadi, seperti dinyatakan CDC, transmisi udara dari orang ke orang dalam jarak yang jauh tidak mungkin terjadi.
Seseorang cenderung memahami bahwa orang yang terinfeksi, saat batuk atau bersin, droplet yang mengandung partikel virus akan langsung mendarat ke wajah, tubuh atau permukaan terdekat.
"Jadi taruhan teraman Anda adalah tinggal enam kaki jauhnya dari semua orang, sebanyak yang Anda bisa," kata Dr. Bhuyan.
Virus campak, contohnya, dapat hidup di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi keluar.
Sedangkan virus corona, MERS yang muncul pada 2012 di Timur Tengah, juga ditemukan dalam bentuk infeksi yang diambil dari sampel udara di rumah sakit tempat pasien dirawat.
Namun, hingga saat ini, penelitian baru terus muncul tentang bagaimana Covid-19 menyebar dan masih banyak yang harus dipelajari tentang penyebaran virus corona, SARS-CoV-2 ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara atau Airborne?
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR