Advertorial
Intisari-Online.com - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan menekan Indonesia agar membatalkan kesepakatan untuk membeli jet tempur buatan Rusia dan kapal laut dari China.
Hal ini adalah bagian dari upaya global AS untuk mencegah para kompetitor mengikis superioritas militer AS.
Seperti diberitakan Bloomberg, seorang pejabat yang tak disebutkan namanya bilang Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pengadaan 11 jet tempur Sukhoi Su-35 seharga US$ 1,1 miliar.
Pada bulan lalu, pejabat itu juga bilang kalau AS juga menekan Indonesia agar menjauh dari perundingan dengan China untuk membeli beberapa kapal patroli angkatan laut senilai US$ 200 juta.
Sang sumber bilang langkah untuk mengesampingkan kesepakatan itu terjadi setelah para pejabat AS menjelaskan bahwa Indonesia dapat menghadapi sanksi karena berurusan dengan Rusia.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga khawatir AS akan mengambil tindakan hukuman terhadap hubungan perdagangan jika melanjutkan perjanjian China.
Langkah-langkah tersebut menggambarkan bagaimana AS mengalami beberapa keberhasilan, yang kadang-kadang dengan menggunakan isu keuangan dan ekonomi.
Hal itu dilakukan untuk menghalangi negara-negara dari berurusan dengan Rusia dan China, yang telah diidentifikasi oleh pemerintahan Trump sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional Amerika.
AS juga mencoba meyakinkan sejumlah negara untuk menghindari penggunaan Huawei untuk jaringan seluler 5G, meski Inggris menjadi yang paling menonjol untuk menolak permintaan Presiden Donald Trump tersebut.
AS sebelumnya secara terbuka berdebat dengan Turki atas pembelian senjata Rusia, khususnya rencananya untuk mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400.
Negara ini juga menekan India untuk membatalkan kontrak senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk membeli sistem S-400.
Berdasarkan kesepakatan barter yang diumumkan pada Agustus 2017, Indonesia berencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 sebagai imbalan.
Karena Rusia yang membeli barang-barang seperti karet, minyak kelapa sawit mentah, kopi, teh, furnitur, dan rempah-rempah dari Indonesia.
Perjanjian tersebut akhirnya ditandatangani oleh mantan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu pada Februari 2018.
"Bukan rahasia bahwa Amerika Serikat memberikan tekanan yang terang-terangan pada negara-negara yang berniat membeli peralatan pertahanan Rusia," ujar Lyudmila Vorobieva, duta besar Rusia untuk Indonesia.
“Tujuannya jelas, untuk membuat negara-negara ini menolak mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington."
"Tentu saja persaingan tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah,” sebutnya.
Dalam beberapa pertemuan dengan mitra AS, termasuk menteri pertahanan, pejabat Indonesia berulang kali bertanya mengapa mereka diminta untuk tidak membeli jet tempur Rusia, kata pejabat itu.
Amerika mengatakan itu hanya kebijakan mereka.
Sebaliknya orang Amerika mengatakan kepada orang Indonesia untuk mempertimbangkan membeli F-16 Viper buatan Amerika, kata pejabat itu lagi.
Namun, kata pejabat itu, Indonesia malah mencari cara untuk menegosiasikan pembelian pesawat F-35 yang dikembangkan sebagai bagian dari program Joint Strike Fighter multi-negara.
Program JSF, dipimpin oleh AS, termasuk Inggris, Italia, Belanda, Australia, Kanada, Denmark, dan Norwegia.
Singapura baru-baru ini setuju untuk membeli pesawat di bawah program ini, sementara Jepang adalah pembeli asing terbesar jet tersebut.
Pejabat itu mengatakan AS menjelaskan bahwa pemerintah Widodo berisiko dihukum karena membeli jet tempur Sukhoi di bawah Undang-Undang Amerika yang berlaku untuk Rusia dan beberapa negara lain.
Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul asli "AS dikabarkan ancam beri sanksi jika Indonesia membeli senjata dari Rusia dan China"