Advertorial
Intisari-Online.com -Pagi ini kabar tentang ratusan siswa SD Kristen Petra Alak di Kupang yang harus memanjat tembok demi bisa sekolah beredar.
Para siswa tersebut dikabarkan terpaksa memanjat karena setelah tembok didirikan, mereka harus memutar jalan beberapa kilometer untuk bisa sampai ke sekolah.
Belakangan, Bobby Pitoby, pemilik lahan di Kelurahan Penkase/Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, membantah telah menuntup jalan.
Menurut Bobby, apa yang disampaikan pihak sekolah maupun, murid kepada wartawan adalah tidak benar.
"Tidak ada satu anak sekolah pun yang lompat pagar. Karena jika lompat, maka anak-anak itu pasti masuk ke lokasi lahan milik saya. Karena itu tidak benar anak lompat pagar saat ke sekolah," ujar Bobby kepada sejumlah wartawan di Kupang, Sabtu (7/3/2020) siang.
Bobby menuding, ada pihak tertentu yang mempolitisasi hal itu dengan tujuan ingin merusak nama baiknya.
Bobby menjelaskan, dirinya memang memiliki lahan di wilayah tersebut dan berencana akan membangun gudang.
Karena itu, pada Oktober 2019, dia membangun tembok pembatas di lahan miliknya.
"Memang sebelumnya saat mereka ke sekolah, mereka melewati lahan saya. Tapi kan itu lahan saya sehingga wajar saya bangun gudang di lahan saya," ujarnya.
"Ketika saya hendak membangun, maka saya harus membuat pagar. Apakah itu salah kalau saya buat pagar di lahan saya," sambung Bobby.
Bobby kemudian menunjukkan bukti kepemilikan tanah, berupa sertifikat dan juga sketsa lahan.
Ia mengatakan, tidak ada satupun yang bisa memaksanya membuka jalan tersebut.
Apalagi bentuk lahannya ke jalan umum di Jalan Yos Sudarso sudah sempit.
Bobby telah memberikan tanah seluas 4 meter x 120 meter untuk akses jalan bagi masyarat setempat.
"Jadi yang bisa menentukan titik batas adalah BPN. Jika BPN Kota Kupang turun pasti semua mengetahui secara jelas titik batas tanah itu," ujar Bobby.
Sebelumnya diberitakan, ratusan murid SD Kristen Petra Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kesulitan ke sekolah karena harus memanjat tembok setinggi empat meter.
Tembok yang menghalangi akses menuju SD Kristen Petra itu dibangun oleh seorang pengusaha sukses di Kota Kupang.
Para siswa terpaksa harus berusaha sekuat tenaga memanjat tembok kokoh itu untuk sampai ke sekolah.
"Tiap hari kami terlambat ke sekolah gara-gara harus berulang kali panjat tembok tinggi ini. Saya kesulitan karena temboknya tinggi sekali," ujar Juliana Julita Bahan, siswi kelas VI SD Kristen Petra Alak, saat diwawancarai sejumlah wartawan, Jumat (6/3/2020) pagi.
Menurut Juliana, ada jalan alternatif untuk ke sekolah. Namun, jaraknya menjadi semakin jauh untuk sampai ke sekolah. Jaraknya bisa mencapai enam kilometer.
Karena kondisi jalan alternatif yang jauh, membuat para murid terpaksa memanjat tembok.
Kompas.com yang berada di lokasi juga melihat langsung para siswa SD itu berupaya memanjat tembok agar bisa sampai ke sekolah.
(Sigiranus Marutho Bere)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Ratusan Siswa SD Panjat Tembok agar Sampai ke Sekolah, Pemilik Lahan: Itu Tak Benar".