Selain Iran, China juga mewaspadai masuknya virus corona dari Italia.
Pada 3 Maret 2020, kabupaten Qingtian di provinsi Zhejiang telah melaporkan total 8 kasus impor dari Italia - yang tertinggi di negara sejauh ini.
Lebih dari 300.000 orang dari daerah Qingtian diketahui telah pergi ke luar negeri untuk bekerja, sekitar 100.000 dari mereka ke Italia, yang mencatat jumlah kematian tertinggi setelah Tiongkok.
Sejauh ini, lebih dari 100 orang telah kembali ke Qingtian dari Italia tetapi pemerintah setempat telah mencoba membujuk mereka yang masih di sana untuk tetap tinggal.
"Mereka yang kembali ke Qingtian tidak hanya berisiko terinfeksi atau menyebarkan virus dalam perjalanan kembali ke China, tetapi juga menimbulkan tantangan tambahan bagi kesehatan keluarga dan kota kami," kata pemerintah dalam sebuah pemberitahuan.
Peringatan itu juga menetapkan aturan karantina bagi mereka yang kembali atau sudah pulang.
Semua orang Tionghoa perantauan harus mendaftar dengan pemerintah untuk mengklarifikasi apakah mereka pernah ke daerah yang terinfeksi virus dalam 14 hari terakhir, dan semua orang yang kembali akan juga ditempatkan di bawah karantina 14-hari wajib.
Tindakan semacam itu juga sedang dilakukan di provinsi dan kota lain.
Wisatawan dari Korea Selatan, Jepang, dan Italia juga dipandang sebagai risiko.
Qingdao, sebuah kota pesisir di timur laut Tiongkok yang memiliki hubungan komersial dekat dengan Korea Selatan dan Jepang, menerima lebih dari 20.000 pelancong dari luar negeri antara 24 Januari dan 24 Februari.
Di Jilin, provinsi Cina utara yang memiliki hubungan dekat dengan Korea Selatan, penumpang yang bepergian dari daerah dengan kasus yang dikonfirmasi diminta untuk menandatangani deklarasi yang menyetujui karantina 14 hari wajib.
Provinsi-provinsi seperti Zhejiang, Ningxia, dan Guangdong juga mengadopsi langkah-langkah serupa dengan fokus pada warga yang pulang.
Beberapa penyeberangan perbatasan mulai menolak masuknya orang asing.
"Kami saat ini mengadopsi kebijakan 'satu-satunya jalan keluar, tidak ada jalan masuk': Hanya orang yang ingin keluar dari Shenzhen yang dapat pergi, dan tidak ada orang asing yang dapat masuk," kata Li Shuntao, seorang pejabat inspeksi perbatasan di persimpangan perbatasan Shekou Shenzhen yang memiliki koneksi dengan Hong Kong dan Macau, kata Al Jazeera. "Kebijakan ini sudah ada sejak 29 Februari."
Artikel ini pernah tayang di Kontan.id dengan judul "Kasus virus corona di China menyusut, sekarang China justru khawatir soal ini"
Source | : | kontan |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR