Advertorial
Intisari-Online.com - Fenomena virus corona yang merebah tentunya membuat masyarakat resah.
Perkembangannya yang begitu pesat membuat virus yang berasal dari Wuhan ini sulit ditangani.
Terlebih, virus corona ini termasuk dalam jenis baru yang belum ada sebelumnya.
Namun seperti yang lainnya, wabah virus corona bukan berarti tanpa ujung.
Masih ada secercah harapan virus corona akan berakhir seperti yang diungkap oleh ahli.
Diberitakan, hingga Selasa (3/3/2020) pagi, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia semakin meningkat.
Ada kurang lebih 90.872 kasus.
Tercatat virus ini sudah menyebar ke 73 negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, ada 2 orang WNI yang akhirnya dinyatakan positif terinfeksi virus corona yang diawali dengan gejala batuk, pilek, dan demam.
Korban jiwa akibat virus corona juga sudah meningkat tajam.
Sampai saat ini tercatat virus corona telah merenggut 3.117 jiwa.
Namun dari puluhan ribu itu, tercatat 48.002 orang dinyatakan sembuh dari virus corona.
Hal ini membuktikan, bukan berarti jika terjangkit virus corona, maka manusia tidak akan sembuh.
Virus corona seperti layaknya virus-virus lain yang juga ada dan berada di sekitar manusia.
WHO pun meminta warga untuk tidak panik, namun tetap waspada.
Sebab para ilmuwan dan otoritas kesehatan memastikan 1 hal.
Walau pun virusnya bisa mematikan, tetapi mayoritas orang yang terinfeksi sejauh ini hanya mengalami gejala yang ringan dan bisa sembuh total.
Hal itu penting untuk dipahami untuk mencegah kepanikan global yang tidak perlu dan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kemungkinan penularan.
"Mayoritas orang sekarang panik, dan sebagian besar malah meningkatkan risiko," kata pakar virology dari Universitas Hong Kong, Dr Jin Dongyan, seperti dikutip TribunJatim.com dari New York Times via Intisari.
Dari 44.672 kasus corona yang dikonfirmasi di China menyebutkan, hampir 81% kasus bersifat ringan.
Meski begitu, gejala yang ringan juga membuat epidemi virus ini sulit dibendung.
Demikian menurut studi yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
2 Kemungkinan
Covid-19 dianggap ringan jika tidak melibatkan pneumonia, penyakit infeksi pada paru, atau ada komplikasi pneumonia ringan.
Ada 2 kategori kasus, berat dan kritis.
Kasus yang berat memiliki gejala sesak napas, saturasi oksigen darah rendah, atau gangguan paru.
Sementara itu, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, atau disfungsi organ.
Baca Juga: Gejala Tifus pada Bayi, Termasuk Diare atau Sembelit dan Ruam Seperti Mawar pada Kulit
Sejauh ini di China, kasus yang tergolong berat kurang dari 14%, dan kritis kurang dari 5%.
Secara umum angka kematian akibat virus ini di China 2,3%.
Namun, angka itu paling tinggi ada di Provinsi Hubei, yaitu 2,9%, dibandingkan dengan 0,4% di seluruh wilayah China.
Sebagai perbandingan, angka kematian akibat flu musiman sekitar 0,1%.
Gejala yang ringan ternyata memiliki sisi negatif karena membuat para ilmuwan lebih sulit untuk dikenali dan pasien tidak berobat ke dokter.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu : Bahaya Sedentari, Ini 8 Cara Sederhana untuk Tetap Aktif Saat Bekerja, Yuk Lakukan!
Selain itu, seseorang bisa saja terinfeksi tetapi tidak menimbulkan gejala apa pun.
Menurut Dr Jin Dongyan, orang yang mengalami gejala virus Corona ringan, secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa atau salesma.
"Gejalanya bisa sangat ringan, seperti nyeri tenggorokan."
"Lalu setelah satu 2 hari sembuh. Bahkan pada pasien yang ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan, seperti flu," ujarnya.
Dalam penelitian di China, beberapa kasus virus Corona yang ringan juga menyebabkan pneumonia, gejalanya termasuk rasa lelah dan demam tapi tidak tinggi.
Menurut studi terhadap 99 pasien positif virus Corona di Wuhan, ditemukan mayoritas ke dokter karena mengalami demam dan batuk, dan beberapa mengeluh sesak napas atau nyeri otot.
Memang Covid-19 tidak boleh diremehkan karena pada kasus yang kritis bisa menyebabkan kematian.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu : Bahaya Sedentari, Ini 8 Cara Sederhana untuk Tetap Aktif Saat Bekerja, Yuk Lakukan!
Walau begitu, pada infeksi yang ringan, virusnya akan 'sembuh sendiri'.
"Gejalanya akan hilang sendiri, sama seperti flu atau salesma," kata Dr Jin Dongyan.
Hal tersebut juga berarti bisa saja orang yang sebenarnya terinfeksi virus Corona masih beraktivitas seperti biasa; bepergian, melakukan kontak dekat dengan orang lain, dan menyebarkan virusnya tanpa ada yang tahu.
Dari fenomena tersebut, para ahli memperkirakan akan ada 2 kemungkinan terkait 'nasib' dari wabah Covid-19 ini.
Yaitu lama-lama akan tidak menular lagi, atau virusnya mati, sama seperti SARS.
Alternatif lain, Covid-19 akan hidup bersama manusia, kadang hilang dan timbul sesuai musim, sama seperti influenza.
"Dalam situasi tersebut, orang harus belajar untuk hidup bersama virusnya dan terkadang akan menimbulkan gejala, tetapi lama-kelamaan virusnya akan kehilangan bahayanya."
"Seiring waktu, para ilmuwan juga bisa mengembangkan vaksinnya," katanya.
*Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Wabah Virus Corona Kapan Berakhir? Ahli Sebut Manusia Bakal Dihadapkan 2 Kemungkinan 'Nasib'