Advertorial
Intisari-online.com -Virus Corona, yang sekarang resmi bernama Covid-19, telah menginfeksi 3.526 orang dan membunuh 17 warga di Korea Selatan.
Dewan kesehatan Korea mengatakan lebih dari separuh kasus terkait dengan Shincheonji, sebuah sekte agama Kristen di Korea Selatan.
Shincheonji yang dimaksud yaitu sekte agama yang bercabang di sebelah selatan kota Daegu.
Minggu lalu, Menteri Hukum Korea Selatan mengatakan jika 42 anggota Shincheonji telah pergi ke Wuhan, asal muasal virus Corona dan bolak balik ke Korea Selatan sejak Juli.
Banyak kasus di negara lain datang dari orang-orang yang telah pergi ke Wuhan, atau berkontak dengan seseorang yang terinfeksi virus Corona.
Kekhawatiran pihak Korea Selatan adalah, 42 orang tersebut dapat membawa virus Corona ke negara mereka, lebih-lebih terkait dengan fakta mereka pergi ke Wuhan saat puncak merebaknya virus tersebut.
Meski begitu pimpinan Shincheonji menyangkal keharusannya bertanggung jawab atas merebaknya infeksi virus Corona di Korea Selatan.
Ia juga menyebut para penguasa mencoba melebih-lebihkan keterlibatan sektenya untuk mencari pihak yang dapat disalahkan.
Kim Shin-chang, pimpinan misi internasional Shincheonji mengatakan jika anggotanya telah transparan dan kooperatif dengan pihak berwenang untuk mencoba menahan merebaknya virus Corona, dilansir dari CNN.
Kim menyebut ada 357 anggota Shincheonji yang ada di Wuhan, dan kelompok mereka tidak memiliki catatan bepergian semua anggotanya.
Dia juga menyebut karena wabah tersebut merebak sejak Desember, maka tidak diperlukan mengecek catatan bepergian anggota-anggotanya sejak Juli.
"Aku bertanya-tanya apakah mereka membesar-besarkan masalah kaitan masuknya virus Corona dengan kelompok Shincheonji," ujarnya.
Baca Juga: Bisa Fatal Akibatnya, Jangan Lagi Tinggalkan Botol Air Mineral di dalam Mobil, Ini Penjelasannya!
"Aku penasaran dan ingin bertanya kepada Menteri Hukum mengapa mereka tidak mengecek semua warga Korea dan China yang pergi ke Wuhan sejak Juli, dan mengapa data yang dirilis hanya 42 anggota Shincheonji."
Sementara itu pemerintah Korea Selatan sendiri telah berpacu dengan waktu untuk menahan penyebaran virus Corona setelah mengidentifikasi dan umumkan kaitan anggota Shincheonji dengan virus Corona pada 18 Februari silam.
Pemerintah melacak ribuan pendatang Korea Selatan untuk mengetahui kontak mereka dan gejala yang dialami.
Diperlukan seminggu sebelum kelompok Shincheonji memberi daftar nama anggota mereka ke pemerintah.
600 petugas polisi Daegu dikirim untuk kunjungi tiap-tiap rumah, melacak telepon warganya dan awasi semua CCTV untuk temukan anggota Shincheonji yang terjangkit virus Corona.
Sebab, para anggota Shincheonji sering tidak mengangkat telepon dari mereka yang bukan anggota.
Walikota Daegu, Kwon Young-jin mengatakan pada Jumat (28/2/2020) jika grup telah hapus beberapa anggota di daftar kehadiran yang diberikan ke pemerintah, dan dia akan laporkan Shincheonji ke polisi untuk "menghambat sensus dan usaha kota menahan virus".
Kim meminta maaf "kepada warga Korea Selatan atas kekhawatiran yang telah mereka sebabkan", tetapi bersikeras jika Shincheonji telah sangat transparan.
Shincheonji dinilai di Korea Selatan sebagai sekte sesat, sehingga banyak anggotanya yang didiskriminasi.
Kim juga menyebut banyak anggota yang didorong untuk menyangkal menjadi bagian dari grup tersebut, terkait tingginya diskriminasi.
Kim mengabaikan tuduhan lain seperti klaim oleh mantan anggota Duhyen Kim jika sakit tidak diperbolehkan jadi alasan valid untuk lewatkan acara berdoa.
Februari silam, Duhyen Kim menggambarkan bagaimana saat ia jadi member, para pengikut duduk di lantai saat acara berdoa, berjejalan bagaikan sarden.
Baca Juga: Wabah Belalang Serbu Pertanian di Pakistan, China Kirim 100.000 Ekor Bebek, Beginilah Maksudnya!
Dia dan beberapa mantan anggota lain menggambarkan bagaimana para pengikut tidak boleh gunakan masker saat berdoa, dilihat seperti rasa tidak hormat terhadap Tuhan.
Kim menyangkal hal tersebut, menambahkan sejak Januari, anggota dengan gejala virus Corona disuruh tidak datang atau gunakan masker saat acara berdoa.
Sejarah Shincheonji
Gereja Yesus Shincheonji didirikan pada 14 Maret 1984.
Pendiriya adalah Lee Man-hee, yang mengaku sebagai Tuhan di kelompok tersebut.
Ia bahkan dipercaya sebagai Yesus Kristus kedua, menurut Duhyen Kim.
Kaitan Shincheonji dengan virus Corona adalah antara 31 Januari sampai 2 Februari, sejumlah anggota datang bersama untuk pemakaman saudara Lee Man-hee.
Pria tersebut dirawat di rumah sakit dekat sebelah selatan kota Daegu.
Baca Juga: Kontrol Diabetes dengan Minum Air Rebusan Seledri dan Lemon, Yuk Coba
Beberapa sumber menyebut sejumlah kasus virus Corona dan kematian akibat virus tersebut telah tercatat dari rumah sakit yang sama.
Kemudian pada 18 Februari, Korea Selatan melaporkan kasusnya yang ke-31, yaitu seorang wanita berumur 61 tahun tanpa catatan pergi ke luar negeri atau kontak dengan orang yang pernah ke luar negeri telah terkonfirmasi terinfeksi virus Corona.
Kemudian kasus infeksi berantai mulai muncul dengan pada 20 Februari jumlah pasien meningkat dari 31 mencapai 156 dan kematian pertama dilaporkan.
Pusat Penanganan dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan temukan hubungan langsung dari pasien ke-31 yang hadiri acara berdoa Shincheonji dengan ratusan warga Daegu lainnya.
Sejak saat itu pemerintah mulai mengkarantina para pengikut dan mereka yang hadir dalam waktu berdoa, membersihkan gedung yang dipakai dan menutup acara berdoa Shincheonji.