Advertorial

Meski Virus Corona Ditakuti Semua Pihak, Data NASA ini Tunjukkan 'Anjloknya' Polusi Udara Setelah Merebaknya Covid-19 di China Buat Kota itu Lumpuh, Bisakah Disebut Sisi Positif?

May N

Editor

Intisari-online.com -Merebaknya virus Corona terutama di China telah menjadi momok baru bagi negara panda merah tersebut.

Tidak hanya terkait bagaimana kegawatan dan betapa daruratnya penanganan para pasien yang sampai membuat dokter kewalahan, kelelahan hingga meninggal dunia atau tertular virus Corona itu sendiri.

Dampak negatif juga terasa mulai dari larangan bepergian ke China dari banyak negara, ekspor dari China ke negara lain dihentikan sampai kota Wuhan dan Provinsi Hubei dan provinsi lain serasa layaknya kota mati.

Hal tersebut tentunya berdampak pada pembangunan dan perekonomian China, banyak kantor dan perusahaan tutup sedangkan stok makanan juga tidak dapat dipenuhi.

Baca Juga: Wabah Belalang Serbu Pertanian di Pakistan, China Kirim 100.000 Ekor Bebek, Beginilah Maksudnya!

Meski begitu, lumpuhnya China ternyata membawa dampak lain yang tidak terduga.

Melansir The Sun, NASA, agen antariksa Amerika Serikat tunjukkan tingkat polusi udara yang anjlok setelah China menjadi negara yang 'sunyi'.

Gambar yang ditunjukkan NASA adalah gambar perbandingan polusi udara pada periode 1-20 Januari 2020 dengan 10-25 Februari 2020.

Baca Juga: Viral di Media Sosial karena Disebut Mirip New Zealand, Wisata Randu Manduro Ditutup untuk Umum padahal Pengunjung Membludak, Mengapa?

Satelit NASA mendeteksi penurunan emisi gas yang awalnya dihasilkan dari mobil, fasilitas industri seluruh negara dan pembangkit listrik.

Perlu diingat juga, China telah melarang transportasi umum beroperasi beserta perusahaan bisnis, dan juga jutaan orang dikarantina.

Peneliti NASA, Fei Liu mengatakan: "ini adalah kali pertama aku melihat penurunan dramatis dalam area luas setelah kasus spesifik."

2008 silam juga ada penurunan polusi udara akibat ambruknya keuangan negara tersebut tetapi tidak serta merta anjlok, lebih ke penurunan bertahap.

Baca Juga: Kontrol Diabetes dengan Minum Air Rebusan Seledri dan Lemon, Yuk Coba

Sementara itu virus Corona juga telah menyebar di Eropa, dengan kabar terbaru dari Inggris empat orang dari satu keluarga teruji positif virus Corona pada Minggu 1 Maret 2020.

Tiga dari empat orang tersebut mendapatkan infeksi dari seorang pria dari wilayah Surrey yang sama sekali belum pernah pergi ke luar negeri.

Jumlah pasien virus Corona di Inggris telah melonjak drastis, dalam satu hari bertambah sampai jumlah total 36 pasien.

Jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di 62 negara mendekati 87.000 pada hari Minggu (1 Maret) dengan hampir 3.000 kematian hingga saat ini.

Baca Juga: Muslim India Hadapi Isu Diskriminasi dan Kekerasan Oleh Umat Hindu, Pernikahan Pengantin Hindu ini Justru Dilindungi Oleh Tetangganya yang Muslim, 'Mereka Keluarga Kami Juga'

Para ahli pun kemudian menyoroti orang-orang seperti apa yang paling berisiko meninggal dunia karena virus corona.

Dilansir dari Asia One, Minggu (1/3/2020), Organisasi Kesehatan Dunia menaikkan penilaian risiko globalnya ke tingkat tertinggi pada hari Jumat, dengan krisis kesehatan global semakin mendekati pandemi.

Di antara mereka yang terinfeksi virus, orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya atau hipertensi menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Hal itu menurut statistik awal, termasuk dari penelitian yang mencakup lebih dari 72.000 pasien di China.

Dari 44.700 infeksi yang dikonfirmasi melalui tes laboratorium pada pertengahan Februari, lebih dari 80 persen berusia setidaknya 60 tahun, dengan separuh lebih dari 70, kata penelitian itu, yang diterbitkan dalam CDC Weekly China resmi.

Baca Juga: Menengok Tragisnya Para Buruh Outsourcing Perusahaan Es Krim Aice, Satu Rumah Ditinggali 40 Orang Berjejalan Seperti Ikan Sarden, Bahkan Sering Bekerja Tanpa Mandi dan Terima Cek Kosong Tidak Bisa Dicairkan

Laporan awal dari luar China serupa, dengan 12 korban pertama dilaporkan di Italia sebagian besar berusia 80-an, dan tidak ada yang berusia di bawah 60. Beberapa di antaranya memiliki masalah jantung.

Artikel Terkait