Advertorial
Intisari-Online.com - Banyak orang merasa terkejut dengan kabar meninggalnya suami penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL), Ashraf Sinclair.
Ashraf meninggal dunia pada Selasa (18/2/2020) pagi karena serangan jantung.
Sejak kabar tersebut tersiar, ucapan bela sungkawa membanjiri media sosial.
Banyak orang mengaku terkejut mendengar kabar duka ini, seperti Agnez Monica dan Dian Sastro yang turut mengomentari kolom komentar Instagram BCL dan Ashraf.
Meninggalnya ayah satu anak ini memang terasa mendadak. Sebelumnya tak ada kabar bahwa suami BCL sakit atau mengalami gangguan kesehatan.
Bahkan, Ashraf terkenal sebagai sosok yang begitu menerapkan pola hidup sehat.
Seperti yang diungkapkan manager BCL, Doddy, "Nggak ada (riwayat jantung), dia sehat banget. Di antara kita, dia yang paling sehat," katanya.
Ashraf dan BCL juga sempat berlibur ke New York bertepatan dengan perayaan valentine. Momen kebersamaan mereka pun dibagikan di media sosial keduanya.
Seperti yang diunggah oleh BCL pada 10 Februari lalu, "Good morning New York," tulis istri Ashraf Sinclair.
Menurut kabar yang beredar, sepulang dari New York, suami BCL melakukan aktivitas seperti biasanya. Ia melanjutkan aktivitas meeting, juga mengantar sang istri bekerja pada malam sebelum meninggal.
Sehingga tak heran jika banyak yang bertanya-tanya dan tak percaya dengan kabar duka tersebut.
Menyusul peristiwa meninggalnya suami BCL yang terkesan mendadak, kini banyak spekulasi beredar terkit penyebab kematiannya.
Banyak warganet menduga jika alat olahraga yang digunakan Ashraf menjadi pemicunya.
Sementara itu, melansir dari Hellodoc, ternyta duduk dalam jangka waktu yang lama disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya Trombosis atau dikenal juga dengan Deep Vein Thrombosis (DVT).
Penyebab lainnya, yaitu seperti tidur berkepanjangan, merokok, kanker, usia, kehamilan, dan memiliki riwayat penggumpalan darah.
Trombosis vena dalam atau Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah suatu penyakit yang terjadi ketika terdapat gumpalan darah di pembuluh darah vena.
Gumpalan (trombus) menyebabkan aliran darah melambat sehingga menyebabkan daerah yang tersumbat menjadi bengkak, merah, dan menyakitkan.
Mengutip Kompas.com, Trombosis umumnya terjadi di kaki, namun juga bisa terjadi pada pembuluh darah vena dan arteri di seluruh tubuh, termasuk jantung.
Kondisi tersebut tidak bisa dianggap sepele karena menyebabkan kematian mendadak.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Hematologi Onkologi Medik, Karmel Lidow Tambunan mengungkapkan, jika trombosis terjadi di pembuluh darah jantung, maka bisa menyebabkan serangan jantung.
Trombosis juga bisa menuju paru-paru dan menyumbat suplai darah ke paru-paru sehingga menyebabkan emboli paru. Bahkan bisa terjadi di otak yang menyebabkan stroke.
"Makanya trombosis disebut pembunuh diam-diam atau silent killer," ujar Karmel dalam dalam diskusi memeringati World Thrombosis Day di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Karmel mengatakan, di negara barat, trombosis merupakan penyebab utama kematian lebih dari 60 persen.
Di Indonesia, belum ada data pasti. Namun, menurut Karmel, trombosis juga merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.
Karmel mengatakan, pemicu terjadinya trombosis yaitu perlambatan aliran darah atau stasis, kekentalan darah, dan pembuluh darah yang rusak.
Namun, faktor resikonya sangat banyak. Tidak bergerak dalam waktu lama seperti saat perjalanan jauh dan terbaring di rumah sakit selama berhari-hari adalah salah satu yang disebutkannya.
Kemudian pengidap trombosis akan merasakan sakit, pembengkakan, sekaligus nyeri di area terjadinya penggumpalan darah sebagai gejalanya.
Sebagian penyebab trombosis mungkin sulit dihindari, seperti duduk terlalu lama dan kehamilan. Untuk itu, ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan.
Caranya yaitu dengan berupaya berdiri dan bergerak setiap 30 atau 40 menit saat kita duduk dalam waktu yang lama.
Menurut seorang dokter penyakit dalam di NYU Langone Medical Center, kata Nesochi Okeke-Igbokwe, MD, menggunakan otot-otot kaki dapat membantu menjaga darah vena tetap mengalir.
Selain itu, meregangkan dan memanjangkan kaki juga dapat membantu dengan baik.
Sementara untuk wanita hamil, juga bisa diatasi dengan aktif bergerak dan berjalan.
Menurutnya, bisa dilakukan prenatal yoga dan latihan fisik lainnya selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.