Sayang sekali, sebagaimana halnya dengan perkara-perkara lain yang nikmat di dunia ini, siput nikmat inipun dapat mengganggu kesehatan kita, karena mengandung benih-benih cacing Trematoda.
Cacing ini memang senang hidup sebagai parasit dalam tubuh makhluk lain, baik sejak jaman batu dulu, maupun jaman Skylab sekarang ini.
Yang paling kesohor ialah cacing Fasciola hepatica, yang menganggu kesehatan hewan ternak kita, seperti sapi kurus, kerbau dungu, atau kambing hitam.
Cacing dewasanya bersemayam dalam hati atau hepar para korban (karena itu juga disebut hepatica), dan bertelur seenaknya sendiri.
Berjuta-juta butir biasanya memang musnah, tapi beberapa di antaranya ada yang jatuh bersama kotoran kambing ke dalam air kecomberan yang mengalir ke selokan-selokan menuju ke sawah, rawa atau sungai.
Ada yang kemudian beruntung menetas menjadi larva cacing, yang untuk mudahnya disebut Myracidium, karena berbulu getar dan hidup bebas dalam air.
Dalam petualangannya mengarungi lautan air inilah, akhirnya larva itu mendarat ditubuh seekor siput yang memang sudah lama berlabuh di tepi perairan yang bersangkutan.
Dalam badan siput ini, Myracidium itu menanggalkan pakaian bulu getarnya (yang kini sudah tak berguna lagi karena tak perlu bertualang seperti dalam air bebas dulu), dan berubahlah ia menjadi semacam kantong saja, yang untuk memudahkan para calon sarjana cacing disebut sporocyste.
Kalau kantong sporocyste ini nanti meledak karena sudah masak, maka larva-larva cacing yang tadinya tumbuh meringkuk dalam tahanan itu akan keduar.
“Keluar" berarti masih berantakan dalam tubuh siput inangnya itu juga.
Larva-larva model baru ini juga mempunyai nama, yaitu Redia (menurut nama seorang penyelidik ilmiah Italia : Redi, yang hidup dalam abad ke-17).
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR