Karena itu mereka disebut binatang-binatang Gastro (perut) poda (kaki), karena memang menggunakan perutnya sebagai kaki, untuk nggeremet.
Pernahkah Anda membayangkan seekor makhluk yang seumur hidup harus berjalan dengan perut sambil menggotong-gotong rumah ?
Rumah siput dibangun dari bahan kapur. Dan karena bahan bangunan ini hanya disaIurkan dari salah satu sisi badan saja, maka rumah itu makin menderita tekanan ke sisinya yang lain, sehingga roboh ke samping.
Agaknya siput-siput bisa saja menyesuaikan pertumbuhan badannya menuruti liku-liku ketidak-setangkupan rumah roboh ini, sekaJipun kemudian terpaksa kepeiuntir tubuhnya.
BACA JUGA: Rutin Makan Seafood? Diperkirakan Anda Menelan 11.000 Partikel Plastik Tiap Tahunnya
Rumah roboh ini pada umumnya mempunyai bagan tata-dalam sebagai berikut.
Di pendopo rumah ada lidah parut yang bekerja sebagai semacam mesin giling full automatic, mengolah bahan makanan yang masuk dari pintu depan cepat sekali menjadi semacam bubur bayem.
Tapi karena mesin ini terletak di tingkat bawah dari pencakar langit yang roboh, maka bubur hasil gilingannya terpaksa harus dibawa naik dulu melalui tangga putar yang kepeluntir, untuk menuju ke usus yang berada di kamar loteng.
Kalau sisanya hendak dibuang, maka sisa-sisa ini harus turun lagi ke bawah kembali. Hanya susahnya: kamar kecil (untuk membuang air besar) terletak persis di daerah tengkuk.
Jadi siput itu terpaksa tunduk-tunduk sebentar, setiap kali ada “tembakan" kotoran keluar.
Tempat cacing
Bagi para penggemar tutut, kreco, dan keong gondang, jajan siput rebus (yang harus disedot dari dalam rumahnya dulu, supaya bisa meloncat salto mortale ke dalam mulut, sebelum meluncur ke tenggorokan) betul-betul merupakan delicatesse khas yang tak ada duanya di dunia ini.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR