Advertorial
Intisari-Online.com - Sejumlah Warga Negara Indonesia yang dikarantina di kapal pesiar di Jepang akibat virus corona mengisahkan keseharian hingga kekhawatiran mereka.
Sasa, salah satu warga Indonesia yang bekerja sebagai kru di Diamond Princess awalnya ragu menceritakan kondisi di dalam kapal.
"Mohon maaf, Sasa belum bisa memberikan informasi karena masa karantina kami belum selesai," ujarnya dilansir ABC Indonesia Jumat (14/2/2020).
Meski begitu, dia bersedia mengisahkan pengalamannya di mana dia tetap bekerja seperti bisa meski di tengah karantina virus corona.
Dia menuturkan para penumpang tidak diperbolehkan untuk keluar kamar, kecuali jika kamar mereka tidak mempunyai jendela.
Meski pun diperbolehkan untuk ke luar kamar, Sasa yang bekerja di bagian restoran kapal pesiar mengatakan, ada batas waktu bagi mereka.
Sasa menuturkan, dia terbiasa bekerja dengan melayani pesanan penumpang melalui telepon, dan mengantarkan makanan mereka ke kamar.
Karena itulah, dia mengaku khawatir dengan kesehatannya.
"Kami para WNI ini harus bekerja di lingkungan orang yang positif virus corona," ujarnya.
Dia mengaku khawatir karena meski sudah ada yang positif dan dipindahkan ke rumah sakit, yang tersisa belum diketahui apakah masih sehat atau tidak.
"Apalagi, sudah ada yang positif Covid-19 (virus corona) walaupun tidak mengalami gejala tersebut," tutur Sasa kembali.
Kru kapal pesiar belum diperiksa
Sasa melanjutkan, selama ini pemeriksaan yang dilakukan otoritas Jepang baru diprioritaskan kepada penumpang Diamond Princess.
Dia menjelaskan orang yang positif terinfeksi virus, dan mengalami demam tinggi saja yang diperiksa.
Dia dan kru kapal lainnya belum dicek.
Meski begitu, Sasa berujar awak kapal sudah dibekali dengan termometer, di mana jika ada yang mengalami oanas di atas 37 derajat Celsius diminta melapor.
Baca Juga: Biaya Masuk Sekolah Dasar Ini Setara Harga Mobil LCGC, Pantaskah?
Keterangan Sasa sejalan dengan awak lainnya asal India, Binay Kumar Sarkas, yang berkata mereka juga diperlengkapi masker serta sarung tangan.
Pemerintah Negeri "Sakura" dilaporkan hanya bisa mengetes sekitar 300 sampel per hari, padahal ada lebih dari 3.700 oang penumpang dan awak kapal.
Direktur Pemantauan dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI Vensya Sitohang berkata, 78 WNI yang ada di kapal sudah dinyatakan sehat.
"Tentunya mereka sudah selesai masa observasi, sehingga harusnya tak ada lagi perlakuan khusus buat merekanya," kata Vensya di Kantor Staf Presiden, Rabu (12/2/2020).
Vensya menambahkan, para WNI itu akan diberi kartu kewaspadaan kesehatan atau health alert card saat dipulangkan ke Indonesia.
Untuk memenuhi permintaan para WNI di Diamond Princess, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tokyo sudah mengantarkan sejumlah barang pada Rabu (12/2/2020).
Di antaranya adalah cairan penolak masuk angin, mie instan, hingga vitamin C.
Barang tersebut diantar ke petugas pelabuhan Yokohama, untuk selanjutnya diserahkan kepada penumpang asal Indonesia.
Dalam kicauannya di Twitter, KBRI Tokyo menyatakan bahwa para WNI menyambut kiriman tersebut meski "tidak terlalu banyak, namun cukup menghibur".
Dimulai dari dari satu penumpang yang terinfeksi saat diturunkan di Hong Kong, jumlah kasus penularan virus corona terus bertambah.
Hingga saat ini, jumlah orang yang positif tertular virus asal Wuhan, China tersebut sudah mencapai 218 menurut data per Kamis (13/2/2020).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah WNI yang Dikarantina di Kapal Pesiar di Jepang: Minta Penolak Masuk Angin hingga Mie Instan"