Advertorial

Ubah Pemulung Jadi Miliarder, Siapa Sangka Tanaman yang Dulu Dibuang-buang Ini Ternyata Dapat Bikin Kaya Raya: Hasilkan Rp 12,5 Juta Per Hektar

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Siapa sangka, tanaman ini dulu hanya dibuang-buang saja, tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.
Siapa sangka, tanaman ini dulu hanya dibuang-buang saja, tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.

Intisari-Online.com - Tanaman porang kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah.

Umbi porang yang diolah jadi tepung ini laku keras di pasar ekspor.

Siapa sangka, tanaman ini dulu hanya dibuang-buang saja, tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.

Umbi dari porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.

Baca Juga: Tiba-tiba Jatuh Pingsan, WN Kanada di Malaysia Ini Diduga Terjangkit Virus Corona setelah dari Indonesia, Begini Tindakan Kemenkes

Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen.

Diberitakan Harian Kompas, 17 Juni 2011, porang awalnya tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan di Madiun, Jawa Timur.

Terinspirasi sifat tumbuh dan nilai ekonominya, warga setempat membudidayakan tanaman ini di balik rimbunnya tegakan pohon di hutan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga tak perlu lagi menebang pohon di area hutan.

Baca Juga: Indonesia Menjadi Satu-satunya Negara Besar Asia yang Bebas dari Virus Corona, Organisasi Kesehatan Dunia WHO Justru Khawatir, Mengapa?

Di Madiun, porang banyak ditanam petani di lahan-lahan Perhutani yang dikerjasamakan.

Rupanya, peningkatan kesejahteraan petani di kawasan hutan, sampai membuat angka pencurian kayu hutan milik Perhutani menurun drastis.

Ide untuk menanam porang tak lepas dari pertimbangan ekologis.

Tumbuhan ini cocok untuk tumbuh kembang di bawah tanaman tegakan hutan.

Baca Juga: Sejak Usia 10 Tahun Tersiksa dengan Kebiasaan Mencukur Bulu Ketiak, Wanita Ini Akhirnya Ambil Langkah Berani Tak Lagi Melakukannya: 'Duniaku Bergetar'

Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.

Umbi porang laku dijual.

Saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik.

Umbi porang kering atau chips porang dihargai lebih mahal lagi, Rp 20.000 per kg.

Baca Juga: Nyaris Semua Negara Asia Terkena Dampak Virus Corona, Tetapi Mengapa Tak Ada Satupun di Indonesia yang Terkena Virus Tersebut, Akhirnya Terkuak Inilah Penyebabnya

Masih ada yang lebih mahal yakni tepung porang.

Namun, kemampuan masyarakat belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.

Bagi warga Desa Sumberbendo, salah satu desa di Kabupaten Madiun, porang adalah primadona yang diibaratkan sebagai emas hitam karena hasil panen porang bisa langsung dikirim ke Jepang.

Produktivitasnya juga terbilang tinggi.

Baca Juga: Pria Ini Bohong Setelah Balik dari Wuhan Agar Lolos Pemeriksaan, Hadir di Kondangan dengan 3.000 Tamu, Kini Positif Corona

Setiap hektar lahan mampu menghasilkan 5 ton umbi basah sehingga petani bisa membukukan pendapatan minimal Rp 12,5 juta per hektar.

Panen porang berlangsung sekali dalam setahun.

Akan tetapi, porang tidak memerlukan biaya pemeliharaan.

Bahkan, penanaman cukup dilakukan sekali dan hasilnya bisa dinikmati setiap tahun.

Baca Juga: 6 Manfaat Buah Plum Merah untuk Kecantikan yang Mungkin Belum Pernah Anda Dengar

Kisah Paidi Beberapa petani bahkan kaya raya berkat tanaman ini.

Paidi contohnya, petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung ini jadi miliader berkat porang.

Suksesnya tak dibawa sendiri, dia juga mengajak petani-petani di kampung halamannya menanam porang.

Awal mula perkenalannya dengan porang saat dirinya bertemu temannya di Desa Klangon, Kecamatan Seradan, Kabupaten Madiun.

Di daerah itu, banyak petani membudidayakan porang.

Dari informasi di internet, porang banyak dicari perusahaan-perusahaan besar dunia.

"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi dikutip dari Kompas.com (12/6/2019).

Baca Juga: Ini 6 Manfaat Buah Bit untuk Wajah, dari Hilangkan Jerawat Hingga Anti-Penuaan Dini

Melihat peluang yang besar, dirinya pun berinisiatif menanam porang di kampung halamannya.

Porang rupanya tumbuh subur di lahan perbukitan di desanya meski ditanam di bawah pohon jati.

Dalam satu hektar, Paidi bisa memanen umbi porang hingga 70 ton.

Selain itu, di Jawa Timur, mulai banyak bermunculan pabrik pengolahan porang untuk diekspor.

Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengatakan sudah mencapai miliaran rupiah.

"Sudah di atas satu miliar," kata Paidi. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dulu Dianggap Makanan Ular, Porang Kini Jadi "Emas" Petani"

Artikel Terkait