Advertorial

Tak Hanya Ngontel Belasan Kilometer Antar ke Sekolah, Ini Perjuangan Lain Duo Lansia Kulonprogo untuk Anaknya yang Down Syndrome

Moh Habib Asyhad
Moh Habib Asyhad

Editor

Karsih Winarti, sepupu dari Hernowo, menyaksikan bagaimana mereka harus mengambil air di sebuah mata air yang namanya tug mudhal Sungai Pening, berjarak 1 kilometer dari rumah mereka.
Karsih Winarti, sepupu dari Hernowo, menyaksikan bagaimana mereka harus mengambil air di sebuah mata air yang namanya tug mudhal Sungai Pening, berjarak 1 kilometer dari rumah mereka.

Intisari-Online.com -Masih ingat dengan Hernowo dan Kamilah yang rela bersepeda belasan kilometer demi antar anaknya yang down syndrome sekolah?

Nah, ternyata masih ada perjuangan lain dua lansia dari Kulonprogo, DI Yogyakarta itu terhadap Wahyu Heri Setiawan yang kini berusia 13 tahun.

Mereka rupanya tidak berhenti bekerja keras sepanjang hari.

Karsih Winarti, sepupu dari Hernowo, menyaksikan bagaimana mereka harus mengambil air di sebuah mata air yang namanya tug mudhal (mata air) Sungai Pening, berjarak 1 kilometer dari rumah mereka.

Mereka biasa memanggul jerigen ukuran 15 liter pulang pergi setiap hari. Karsih tinggal sekitar 100 meter dari rumah Hernowo.

Karsih merupakan kerabat terdekat keluarga ini.

(Baca juga:Demi Antar Anaknya yang ‘Down Syndrome’, Kedua Lansia Ini Rela Bersepeda Belasan Kilometer)

Karsih mengatakan, keluarga Hernowo belum mendapat pasokan air bersih.

Padahal mereka tentu memerlukan air untuk mandi, masak, hingga mencuci.

“Kamilah bisa 5-6 kali lewat depan rumah sini mengambil air ke arah Timur di tug mudhal itu,” kata Karsih, Sabtu (31/3), seperti dilansir dari Kompas.com.

Karsih mengaku haru sekaligus salut menyaksikan semangat itu. Mereka cukup tabah meski harus melalui jalan licin menuju mata air.

“Apalagi musim hujan, ya Allah, kasihan sekali,” kata Karsih.

Itulah mengapa Karsih mengharapkan keluarga Hernowo suatu hari nanti bisa membangun instalasi air bersih dari mata air itu hingga ke rumah.

Dengan demikian, kebutuhan air bisa terpenuhi dan kehidupan mereka bisa lebih tertata.

Karsih mengatakan, sejak pemberitaan terkait Hernowo muncul di berbagai media massa, bantuan mulai mengalir.

Orang juga silih berganti datang ke sana. Ia mengharapkan, bantuan itu bisa dimanfaatkan dengan bijak oleh keluarga Hernowo.

(Baca juga:Sering Bersepeda Jarak Jauh, Pria Berusia Senja Ini Punya Sistem Kekebalan Tubuh Bak Remaja)

Ia mengharapkan bantuan apapun bagi keluarga ini bisa diutamakan bagi perbaikan fasilitas dan infrastruktur demi perbaikan kualitas hidup.

Contohnya, pembangunan instalasi air bersih. Menyusul kemudian perbaikan rumah hingga pengadaan kendaraan agar Hernowo bisa mengantar Wahyu dengan tidak susah payah.

“Untuk bisa mengemudi motor kan bisa dengan latihan,” katanya.

Hernowo dan Kamilah adalah pasangan lansia yang tidak menyerah menyekolahkan Wahyu, anak semata wayang penderita tunagrahita.

Mereka bahkan tidak absen mengayuh sepeda ontel belasan kilometer demi mengantar Wahyu sekolah di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 di Kecamatan Panjatan.

Keteguhan hati mereka itulah yang membuat Wahyu nyaris tidak pernah membolos. Ketiganya naik di satu sepeda bersama-sama ke sekolah setiap hari.

Kamilah beralasan, Wahyu tidak bisa dibiarkan sendirian di boncengan karena mentalnya yang tertinggal.

Semangat keduanya membuat Wahyu sedikit demi sedikit memiliki kemampuan meski masih tertinggal dibanding anak lain seusianya.

(Baca juga:Ajaib dan Mengharukan! Berbulan-bulan Dirawat di RS, Balita Down Syndrome Ini Akhirnya Bisa Bicara Berkat Terapi Musik)

Artikel Terkait