Kewibawaan Bung Karno teruji ketika rapat raksasa di Lapangan Ikada digelar dan dihadiri lebih 200.000 orang.
Rapat yang dijaga tentara Jepang bersenjata lengkap itu berlangsung aman berkat orasi Bung Karno yang mampu mengendalikan massa.
Pasca kemerdekaan Bung Karno masih menghadapi banyak tantangan yang justru lebih berat.
Pasukan Sekutu yang masuk ke Indonesia untuk melucuti pasukan Jepang dan membebaskan tawanan perang malah menimbulkan masalah baru karena diboncengi oleh NICA, Belanda.
Kehadiran Belanda yang ingin menjajah lagi akhirnya memunculkan konflik baru mulai dari Pertempuran 10 November Surabaya hingga agresi militer Belanda kedua pada tahun 1948 yang berhasil menawan Bung Karno-Bung Hatta.
Pemerintahan Bung Karno sampai kocar-kacir dan harus berpindah tempat serta berubah sistem.
Tapi berkat perjuangan fisik dan diplomasi internasional Bung Karno-Bung Hatta kembali lagi memimpin Negara Kesatuan RI pada 17 Agustus 1950.
Roda pemerintahan RI di bawah pimpinan Bung Karno-Bung Hatta mulai berjalan melaju.
Visi Bung Karno tak hanya memajukan bangsa tapi juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia internasional.
Tahun 1955 Bung Karno mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang kemudian menjadi gerakan Non-Blok.
Prinsip Non Blok yang melandasi hubungan internasional Indonesia dengan negara lain itu bahkan masih dilestarikan hingga saat ini.
Gerakan Non Blok yang berlangsung di sejumlah negara Afrika berakibat sangat positif.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR