Advertorial

Burahol alias Kepel, Tanaman Langka Pewangi Badan Putri Keraton Hingga Merawat Kesehatan Ginjal

K. Tatik Wardayati

Editor

Buahnya mengharumkan bau keringat, sampai dipakai sebagai deodoran oleh para putri keraton Raja Mataram.
Buahnya mengharumkan bau keringat, sampai dipakai sebagai deodoran oleh para putri keraton Raja Mataram.

Intisari-Online.com – Dulu, tanaman ini sering kita temui di dalam benteng keraton tempat tinggal raja-raja di Jawa.

Tapi, sekarang, tanaman ini sudah jarang lagi kita temui, karena saking langkanya.

Mengapa tanaman tersebut sampai bisa jadi langka? Ini kisahnya.

Gara-gara tidak merakyat, kepel atau burahol, yang nama ilmiahnyaStelechocarpus burahol, menjadi tanaman langka.

Baca Juga: Tak Hanya Lezat, Buah Langka yang Jarang Ditemui Ini Ternyata Punya Manfaat untuk Kesehatan, Salah Satunya Kurangi Risiko Kanker

Bagaimana kita melestarikannya kembali sebagai pohon buah yang unik dan bermanfaat?

Aneh tapi nyata! Penyebab tidak merakyat itu ialah bau!

Buahnya mengharumkan bau keringat, sampai dipakai sebagai deodoran oleh para putri keraton Raja Mataram.

Baginda menyuruh menanam pohon itu di halaman istana, untuk- diambil buahnya bagi para putri keraton.

Baca Juga: Makan Satu Buah Pisang Setiap Hari? Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Anda

Hanya dengan memakan buah itu yang sudah masak, para putri ini sudah bisa berbau bunga violces. Keringatnya wangi, dan napasnya harum.

Takut kualat

Kebiasaan makan buah kepel kemudian ditiru oleh para putri keraton raja-raja kecil lainnya di Jawa Tengah dan Timur.

Kerajaan kecil-kecil ini kemudian menanam pohon itu juga di halaman keratonnya masing-masing.

Kebetulan di masyarakat Jawa feodal waktu itu ada semacam kepercayaan, bahwa orang yang meniru cara hidup raja dan anggota keluarganya hanya orang yang kuat, baik lahir maupun batin, seperti para adipati (semacam gubernur zaman sekarang), pangeran, pejabat kerajaan, dan panglima perang. Lainnya akan kualat.

Akibatnya, para tetua kampung dan pemimpin masyarakat mengeluarkan keputusan, bahwa rakyat jelata tidak dibenarkan menanam pohon itu.

Pohon yang sebelumnya sudah ada di desa-desa harus ditebangi dan dimusnahkan.

Barangsiapa tidak mengindahkan akan diusut sampai tuntas dan dijatuhi hukuman.

Di Jawa Barat, pohon itu juga banyak tumbuh di hutan, tetapi para istri Raja Sumedang, Galuh, dan Dipati Ukur tidak tertarik pada pohon itu.

Baca Juga: Harganya Capai Setengah Juta per Kilo, Buah Ini Bisa Bantu Sembuhkan Penyakit Jantung Hingga Kanker Usus Lho

Mereka menyebutnya burahol, sampai dua orang taksonomis mancanegara yang mengidentifikasi tanaman itu memberi nama Latin Stelechocarpus burahol.

Rakyat Jawa Barat menganggap buah itu tidak bernilai, karena dagingnya tidak banyak.

Sebaliknya, bijinya yang besar-besarlah yang memenuhi ruangan buah.

Akibatnya, tidak ada yang peduli ketika pohon burahol dari hutan ditebangi, setiap kali ada bagian dari hutan dibuka untuk dijadikan daerah permukiman baru.

Kalau di Jawa Tengah kepel menjadi langka karena rakyat membabatnya habis lantaran takut kualat, di Jawa Barat burahol ditebangi karena dianggap tidak ada harganya.

Tak pernah ada usaha menanamnya kembali di kebun pekarangan setiap kali ada pembukaan hutan untuk permukiman baru. Burahol Sunda ini sama jenisnya dengan kepel Jawa.

Setelah kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah punah, pohon itu ikut terancam punah karena rakyat biasa tidak ada yang berminat menanam dan melestarikannya.

Kumpulan pohon kepel yang masih ada sampai sekarang biasanya juga terdapat di dekat bekas ibukota kerajaan, seperti Loano, Purworejo, misalnya.

Ancaman punah itu sudah sejak lama diprihatinkan, jangan-jangan kepel benar-benar punah kelak."

Baca Juga: Wajar Jika Anak-anak Tidak Bisa Mengupasnya, Tapi Ini 10 Manfaat Buah Salak untuk Anak, Salah Satunya Menyehatkan Mata

Anak cucu kita mungkin terpaksa puas melihatnya hanya sebagai foto dan lukisan tangan hitam putih dalam buku nonfiksi yang tidak laris, ketimbang buku komik tembak-tembakan sinar laser.

Batangnya baru bergaris tengah 25 cm. Tetapi kalau sudah belasan tahun, dan tingginya sudah 20 m, garis tengah batangnya bisa sampai 40 cm.

Buahnya dapat dipetik kira-kira empat bulan sejak berbunga. Musim buahnya dua kali setahun, yaitu Desember - Febmari, dan Juni - Juli.

Buah di musim hujan Desember - Februari paling banyak, tetapi rasanya kurang manis karena kebanyakan air.

Seperti dilansir dari Majalah Intisari, buah di musim kemarau Juni - Juli, tidak sebanyak pada musim sebelumnya, tetapi rasanya lebih manis.

Manfaat kesehatan dan penggunaan tradisional

Di Indonesia, bubur buah diuretik dan digunakan untuk mencegah peradangan ginjal dan juga digunakan sebagai deodoran untuk membuat keringat harum.

Buah ini membantu mengurangi bau keringat, napas, dan urin.

Sebuah penelitian, seperti dilansir dari healthbenefitstimes, burahol menunjukkan kemampuan untuk mengembalikan kinerja produksi enzim dalam hati dan membantu regenerasi sel dari hati yang rusak.

Baca Juga: Kenapa Mesti Takut Mandi Malam? Padahal Bisa Kurangi Bau Badan dan 7 Manfaat Sehat Lainnya Loh..

Buah langka ini juga mempercepat proses regenerasi sel di ginjal dan mencegah kerusakan sel ginjal

Ini bertindak sebagai obat untuk encok.

Ini mempercepat proses regenerasi sel dan juga menjaga kebugaran tubuh dan membuat orang awet muda.

Kandungan vitamin C yang tinggi membantu membersihkan kulit. Ini membersihkan darah, menguatkan hati, ginjal dan paru-paru.

Mau mencoba?

Baca Juga: Jarang Ada Orang Tahu, Lakukan 2 Gerakan Sederhana Ini Sebelum Tidur Ternyata Bisa Membantu Detoksifikasi Ginjal Anda

Artikel Terkait