Advertorial
Intisari-online.com - Sejauh ini situsi antara AS dan Iran semakin memanas, dan semakin dekat dengan Prang Dunia III.
Terbaru Iran telah meluncurkan rudal balistik yang mengarah langsung ke dua pangkalan militer Amerika di Irak.
Hal ini pun mengundang kepanikan, karena balasan demi balasan terus dilakukan oleh kedua belah pihak sejak Amerika menyulut api dengan membunuh Jenderal Qassem Soleimani.
Namun jika berbicara perseteruan dengan negeri Paman Sam itu, rasanya kita akan selalu ingat denga negara komunis Korea Utara.
Ya, Korea Utara selalu menjadi yang terdepan dalam urusan menggertak Amerika.
Tak lain karena mereka memiliki sumber daya militer seperti macam rudal jelajah antar benua yang bisa mengarah ke Amerika sekalipun.
Lantas dalam perseteruan AS vs Iran ini di mana posisi Korea Utara, apakah mereka akan tinggal diam atau ikut campur?
Mengutip Daily Star pada Rabu (8/1/20)Kebijakan luar negeri dan pakar keamanan internasional Azriel Bermant menyebut Teheran memiliki sejarah kerja sama dengan Pyongyang.
Sejarah itu menimbulkan sakit kepala bagi Presiden AS Donald Trump.
Dr Bermant, penulis Margaret Thatcher dan Timur Tengah, mengatakan Washington harus mewaspadai aliansi yang berpotensi menimbulkan bencana.
Berbicara pada Daily Star, "Pemerintah Donald Trump akan sakit kepala jika Korea Utara bergabung dengan Iran."
"Tentu saja karena mereka memiliki rudal jelajah jarak jauh," sambungnya.
"Semua kesepakatan Trump dan Kim Jong-Un tampaknya berantakan, dan dia kini sedang menyiapkan senjata yang berbahaya," sambungnya.
"Saya yakin orang Iran akan melihat apa yang dilakukan Korea Utara, dan berpikir melihat, Korea Utara memiliki program senjata nuklir dan AS tidak bisa mengacaukannya," jelasnya.
"Sayangnya itu adalah bagian dari masalah sekarang, ada bahaya Iran terinspirasi oleh Korea Utara," imbuhnya.
Saat ditanya apakah pembunuhan Soleimani dapat memperkuat aliansi mereka, ia menunjuk ke arah kerja sama mereka sebelumnya.
Dia melanjutkan, "Ya sudah, sejumlah ahli telah menunjukkan, setidaknya kerjasama rudal antara Korea Utara dan Iran.
"Jadi sudah ada kerja sama. Dan tentu saja Korea Utara telah menjual segala macam barang, mentransfer materi ke Iran," katanya.
"Ada banyak kerja sama, jadi saya pikir ada kepentingan bersama antara Iran dan Korea Utara," tambahnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Trump memeringatkan bahwa mereka tak akan ragu membalas serangan Iran.
Dia mengatakan bahwa, "Media Post ini befungsi sebagai pemberitahuan kepada kongres Amerika Serikat, bahwa jika Iran menyerang target AS, kami akan dengan cepat dan sepenuhnya menyerang balik."
Sementara ketegangan keduanya terus memanas, Iran mengaku tak gentar untuk melakukan serangan kepada Amerika.
Amerika juga berencana mengirim pesawat pengebom B-52 ke Irak jika situasi semakin memanas.
Para pejabat mengatakan langkah itu bertujuan untuk meningkatkan kehadiran AS di Timur Tengah dan akan menambah 3.000 tentara yang dikerahkan ke wilayah itu awal pekan ini.