Advertorial

Hanya Gara-gara Ngompol di Kasur, Balita 2 Tahun Ini Dianiaya Ibunya Hingga Tewas; Depresi Ibu Tidak Hanya Setelah Melahirkan Bahkan Setelah Menyapih Anaknya

K. Tatik Wardayati

Editor

Ternyata depresi ini tidak hanya dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan, bahkan ketika anaknya sudah berusia satu tahun atau sudah disapih.
Ternyata depresi ini tidak hanya dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan, bahkan ketika anaknya sudah berusia satu tahun atau sudah disapih.

Intisari-Online.com – Yang kita tahu selama ini adalah sindrom baby blues dan depresi pasca persalinan, depresi yang dialami oleh seorang ibu yang baru saja melahirkan.

Ternyata depresi ini tidak hanya dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan, bahkan bisa dialami oleh seorang ibu yang anaknya bahkan sudah disapih atau setelah umur satu tahun.

Untuk itu perlu pendampingan bagi para ibu, terutama mereka yang mengasuh anaknya sendirian.

Seperti kisah yang dilansir dari kompas.com berikut ini.

Baca Juga: Seorang Balita Meninggal Setelah Menelan Nikotin Cair dalam Rokok Elektronik

Kepolisian Resor Kupang Kota, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungkap kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Adriana Lulu Djami alias Ina (33) terhadap putrinya DQ, yang masih berusia dua tahun.

Kabid Humas Polda NTT Kombes Johannes Bangun mengatakan, akibat penganiayaan itu, sang putri meninggal dunia.

Kejadian itu, lanjut Johannes, berawal saat korban DQi kencing di kasur pada Selasa (31/12/2019) siang.

Melihat itu, pelaku Ina lalu marah dan membenturkan kepala korban secara berulang-ulang.

Baca Juga: Bayi Meninggal karena Diberi Vodka oleh Ibunya yang Ingin Berpesta, Inilah Bahaya Alkohol Bagi Tubuh

"Akibatnya korban mengalami luka pada bagian kepala,"ungkap Johannes kepada Kompas.com, Kamis (2/1/2019).

Kemudian, lanjut Johannes, pada malam hari, kondisi korban pun panas dan pelaku sempat memberikan obat.

Pada keesokan harinya, Rabu (1/1/2019), korban panas tinggi dan mengalami kejang-kejang.

Sekitar pukul 16.00 Wita, karena panik dengan kondisi korban, pelaku lalu memberikan bantuan napas buatan, namun korban tidak tertolong lagi alias meninggal.

Baca Juga: Seorang Bayi Meninggal, FDA Peringatkan Orang Tua untuk Tidak Pakaikan Perhiasan Kalung dan Gelang pada Bayi

Melihat itu, pelaku kemudian menghubungi suaminya dan memberitahukan bahwa korban sudah meninggal.

Sekitar pukul 18.00 Wita, suaminya datang ke rumah mereka di Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

"Karena kondisi korban sudah meninggal dunia, suaminya sempat menshalatkan jenazah korban,"kata Johannes.

Suaminya lalu menyuruh pelaku menguburkan jenazah korban di lokasi penghijauan Penfui.

Baca Juga: Cucu Aa Gym Meninggal Mendadak, Inilah Hal yang Sering Bikin Bayi Meninggal Tiba-tiba

Kemudian sekitar pukul 21.00 Wita, pelaku pergi ke lokasi, setelah itu pelaku menggali tanah menggunakan besi dan serok penggorengan dengan kedalaman sekitar 20 sentimeter.

Setelah selesai menggali tanah, pelaku kembali ke rumah.

Sekitar pukul 22.00 Wita pelaku membawa korban dengan cara menggendong di bagian depan menggunakan sepeda motor Honda Beat.

Namun, belum sempat mengubur jenazah anaknya, pelaku ditangkap aparat TNI Angkatan Udara (AU) Kupang.

Pelaku pun diserahkan ke Kepolisian Resor Kupang Kota untuk diproses hukum selanjutnya. Depresi pada ibu, jangan diabaikan

Peristiwa tersebut mengingatkan pada kita bahwa depresi pada ibu memang bisa terjadi, bahkan berakibat fatal.

Nyatanya, depresi pada ibu tidak hanya terjadi beberapa waktu setelah melahirkan saja.

Ternyata depresi pascapersalinan juga bisa dialami oleh ibu meskipun bayinya sudah berumur satu tahun, atau bahkan setelah bayi disapih, usia di sekitar dua tahunan.

Baca Juga: Kisah Mengharukan Putri Diana Memerangi Depresi Pascapersalinan Dalam Diam, 'Dia Tidak Melihatnya Karena Saya Duduk dengan Tenang'

Depresi pascapersalinan berbeda dengan baby blues, karena mereka yang mengalaminya akhirnya terganggu dalam merawat bayi dan menangani tugas sehari-hari lainnya.

Menurut Mayo Clinic, tanda dan gejala depresi pascapersalinan dapat meliputi:

- Suasana hati yang tertekan atau perubahan suasana hati yang parah

- Menangis berlebihan

- Kesulitan ikatan dengan bayi Anda

- Mundur dari keluarga dan teman

- Kehilangan nafsu makan atau makan jauh lebih banyak dari biasanya

- Ketidakmampuan tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak

- Kelelahan luar biasa atau kehilangan energi

Baca Juga: Fotonya Mendadak Viral, Sesosok Bayi Terlihat Terseret Diletakkan Bagian Bawah Gaun Pengantin, Wanita Ini Malah Beri Pernyataan Begini

- Berkurangnya minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa Anda nikmati

- Mudah marah dan emosional

- Ketakutan bahwa Anda bukan ibu yang baik

- Keputusasaan

- Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu

- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau mengambil keputusan

- Kegelisahan

- Kecemasan hebat dan serangan panik

- Pikiran melukai diri sendiri atau bayi Anda

- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri

Baca Juga: Kisah Seorang Ibu yang Ditembak Saat Hamil Sembilan Bulan, ‘Saya Bersyukur Masih Bisa Memeluk Bayi Ajaib Saya’

Bila tidak diobati, depresi pascapersalinan ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama lagi.

Depresi pascapersalinan pada ayah baru

Tidak hanya pada ibu, faktanya ayah baru juga bisa mengalami depresi pascapersalinan.

Mereka mungkin merasa sedih atau letih, kewalahan, mengalami kecemasan, atau mengalami perubahan pola makan dan tidur seperti biasa, gejala yang sama yang dialami ibu dengan pengalaman depresi pascapersalinan.

Ayah yang masih muda, memiliki riwayat depresi, mengalami masalah hubungan atau berjuang secara finansial paling berisiko mengalami depresi pascapersalinan.

Depresi pascapersalinan pada ayah, kadang-kadang disebut depresi pascapersalinan dari pihak ayah, dapat memiliki efek negatif yang sama pada hubungan pasangan dan perkembangan anak seperti halnya depresi pascapersalinan pada ibu.

Jika Anda seorang ayah baru dan mengalami gejala depresi atau kecemasan selama kehamilan pasangan Anda atau pada tahun pertama setelah kelahiran anak Anda, bicarakan dengan profesional kesehatan Anda.

Perawatan dan dukungan serupa yang diberikan kepada ibu dengan depresi pascapersalinan dapat bermanfaat dalam mengobati depresi pascapersalinan pada ayah.

Kapan harus ke dokter

Baca Juga: Perhatikan Bayi Anda Apakah Ada Garis Biru Tipis di Antara Alisnya, Benarkah Ada Hubungannya dengan ADHD?

Jika Anda merasa tertekan setelah kelahiran bayi Anda, Anda mungkin enggan atau malu untuk mengakuinya.

Tetapi jika Anda mengalami gejala baby blues, atau depresi pascapersalinan, hubungi dokter Anda dan jadwalkan janji temu.

Jika Anda memiliki gejala yang menunjukkan bahwa Anda mungkin menderita psikosis pascapersalinan, segera dapatkan bantuan.

Penting untuk menghubungi dokter Anda sesegera mungkin jika tanda-tanda dan gejala depresi terlihat jelas.

Baca Juga: Korban Banjir Jakarta Semakin Banyak, Bayi Ini Nyaris Menjadi Korban Seperti Ibunya Jika Tidak Diselamatkan Warga, Kondisinya Bikin Ngeri

Artikel Terkait