Advertorial
Intisari-Online.com -Entah apa yang merasuki ayah ini, dengan sukarela menjual bayi perempuannya demi bisamemberi tip pada gadis cantik.
Seorang ayah adalah sosok yang diandalkan dan menjadi pelindung keluarganya.
Namun yang dilakukan ayah ini sungguh berlawanan, ia menjual darah dagingnya sendiri untuk memenuhi keinginannya.
Melansir Daily Mail, Selasa (12/11/2019), seorang ayah telah menjual putrinya sendiri seharga 8.900 poundsterling (sekitar Rp160,9 juta).
Dia menjual anaknya ke pasangan yang ingin mengadopsi anak dengan mengatakan tidak bisa membiayai anaknya.
Pria dari provinsi Fujian, China, itu diketahui memiliki satu putra dan satu putri.
Namun dia mengklaim istrinya telah menghilang dan dia tidak mampu membesarkan kedua anak itu.
Menurut media lokal Strait Metropolis Daily, sang ayah yang bermarga Lu diperkenalkan dengan pembeli melalui dua perantara pada awal tahun ini.
Keluarga pembeli yang dikenal dengan marga Chen itu tinggal di kota Fuzhou.
Pasangan Chen menderita masalah kesuburan dan putra mereka meninggal pada 2017, karenanya mereka ingin mengadopsi anak.
Lu dan keluarga Chen bertemu pertama kali pada awal tahun di Putian, kota kelahiran Lu, untuk melihat foto dan video bayi perempuan itu.
Mereka segera memutuskan untuk mengadopsinya.
Pada Februari, pasangan Chen kembali ke Putian untuk menjemput bayi itu dan membayar atas nama 'biaya gizi'.
Mereka kemudian menandatangani kontrak 'adopsi' dengan Lu.
Namun uang hasil menjual putrinya itu langsung digunakan untukdiberikan pada seorang gadis vlogger favoritnya.
Gadis itukerap melakukan siaran langsung atau live streaming di platform Kuaishou.
Kesepakatan ilegal mereka terungkap pada Mei ketika keluarga Chen mencoba mengajukan ID untuk bayi perempuan itu dengan akta kelahiran palsu.
Kejaksaan Distrik Jin'ah mengajukan tuntutan terhadap Lu dan yang lainnya.
Diketahui pasar live streaming di China booming dan bernilai sekitar 1,46 miliar poundsterling.
Host di situs video tersebut biasanya mencari nafkah dengan mendapatkan tip dari penggemarnya.
Pihak berwenang telah memperketat kontrol mereka atas industri yang tumbuh cepat untuk mencegah vlogger menarik penonton dengan pakaian dan perilaku menggoda.
Pada Januari, pemerintah melarang live-streamer wanita hanya tampil dengan mengenakan pakaian dalam, baju seksi, atau pakaian tembus pandang.