Pada 1977, Jones dan lebih dari 1.000 anggota Temple pindah ke Guyana. Namun, Jonestown tidak berubah menjadi surga yang dijanjikan oleh pemimpin mereka.
Para anggota bait suci bekerja berhari-hari di ladang dan dijatuhi hukuman berat jika mereka mempertanyakan wewenang Jones.
Paspor dan obat-obatan mereka disita dan mereka diganggu oleh nyamuk dan penyakit tropis.
Penjaga bersenjata berpatroli di halaman hutan. Para anggota didorong untuk saling memberi informasi dan dipaksa menghadiri pertemuan yang panjang dan larut malam. Surat dan panggilan telepon mereka disensor.
Baca Juga: Ibunya Memasak Sambil Video Call, Balita Ini Terguyur 9 Liter Air Panas hingga Alami Syok Toksik
Jones, yang sesungguhnya dalam kondisi gangguan mental dan juga kecanduan narkoba memiliki tahtanya sendiri di paviliun utama kompleks itu dan membandingkan dirinya dengan Vladimir Lenin dan Yesus Kristus.
Dia yakin bahwa pemerintah, media, dan lainnya akan menghancurkannya. Dia juga meminta anggota Peoples Temple untuk berpartisipasi dalam latihan bunuh diri tiruan di tengah malam.
Leo Ryan, seorang wakil AS dari California, mendengar dari beberapa orang bahwa anggota keluarga mereka adalah orang-orang yang ditahan di luar kehendak mereka di Jonestown dan memutuskan untuk pergi ke sana untuk menyelidiki.
Ryan tiba di Guyana pada November 1978, dengan delegasi yang mencakup wartawan berita dan fotografer, bersama dengan kerabat yang peduli dari beberapa anggota Kuil Rakyat.
Baca Juga: Pertempuran 10 November 1945, Ini 7 Jejak Sejarah Perjuangan Pahlawan 74 Tahun Silam
Source | : | History |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR