Advertorial

Tragedi Victoria Hall Stampede, Ketika 'Tebaran' Hadiah Mengambil Nyawa 183 Anak-anak hingga Awal Penemuan yang Menyelamatkan

Nieko Octavi Septiana
Mentari DP

Tim Redaksi

Victoria Hall Stampede adalah sebuah tragedi yang terjadi di Sunderland, di timur laut Inggris, pada 1883.
Victoria Hall Stampede adalah sebuah tragedi yang terjadi di Sunderland, di timur laut Inggris, pada 1883.

Intisari-Online.com -Victoria Hall Stampede adalah sebuah tragedi yang terjadi di Sunderland, di timur laut Inggris, pada 1883.

Peristiwa itu terjadi di sebuah gedung konser di akhir acara hiburan, menewaskan 183 anak-anak.

Victoria Hall berdiri di sudut Toward Road dan Laura Street, ini merupakan ruang konser yang dibangun tahun 1872.

Victoria Hall adalah proyek ambisius, dibangun untuk meniru ukuran dan gaya arsitektur Crystal Palace dan Albert Hall (keduanya di ibukota, London).

Baca Juga: Uang Bangun Gedung Kurang, Bripka Ralon Manurung Rela Jual Perhiasan Istri Demi Bangun Sekolah di Dusun Terpencil Riau

Victoria Hall sebagai bangunan bata megah yang dibangun dengan gaya Gothic Revival (dikenal juga sebagai Victorian Gothic atau neo-Gothic), yang sedang digemari selama periode itu.

Victoria Hall Stampede terjadi pada 16 Juni 1883.

Pada hari Sabtu itu, Victoria Hall menjadi tempat pertunjukan yang diadakan oleh Fays, sepasang penghibur keliling dari Tynemouth Aquarium.

Menurut tiket dari acara tersebut, Fays "Akan memberikan Penampilan Hari Besar untuk Anak-anak", yang terdiri dari "Sulap, Lilin Berbicara, Lilin Hidup, Ilusi Hantu, dll."

Selain itu, dijanjikan bahwa "Setiap anak memasuki ruangan akan mendapat kesempatan menerima hadiah, buku, mainan, dan lain-lain”.

Pada pukul tiga sore, Victoria Hall dipenuhi dengan 2.000 anak yang ingin menyaksikan pertunjukan yang disediakan oleh Fays.

Acara itu tampaknya telah berjalan tanpa hambatan, tetapi tragedi melanda saat itu berakhir.

Ketika pertunjukan berakhir, diumumkan bahwa anak-anak dengan tiket bernomor akan diberikan hadiah ketika mereka meninggalkan ruang konser.

Pada saat yang sama, hadiah diberikan kepada anak-anak di lantai dasar.

Tampaknya yang terakhir dilakukan dengan cara yang agak tidak teratur, karena hadiahnya dilemparkan ke penonton.

Baca Juga: Berlumuran Darah dengan Tubuh yang Tak Lagi Utuh Lagi, 4 Singa di Afrika Justru Dibantai di Tempat Mereka Dilindungi

Anak-anak di lantaidua dan galeri di atas, yang menyaksikan adegan yang terjadi di lantai dasar, menjadi cemas bahwa merekatidak dapat hadiah gratis.

Karena itu, banyak dari mereka mulai berjalan ke lantai dasar.

Diperkirakan ada sebanyak 1.100 anak yang duduk di dua tingkat atas.

Di kaki tangga ada pintu yang menyediakan akses ke lantai dasar.

Pada hari itu, pintu dibuka ke dalam dan dibaut oleh manajemen, menyisakan celah kecil sekitar 50 cm untuk dilewati anak-anak.

Pengaturan ini memungkinkan anak-anak untuk keluar dari tangga, dan memasuki lantai dasar satu per satu, dan dimaksudkan untuk mengendalikan aliran anak-anak, serta memungkinkan manajemen untuk memeriksa tiket anak-anak dengan lebih mudah.

Beberapa anak di depan bisa melewati celah di pintu tetapi kemudian seseorang macet.

Akhirnya, anak-anak yang berada tepat di belakang mulai menumpuk satu di atas yang lain.

Anak-anak di puncak tangga, tidak menyadari apa yang sedang terjadi di kaki tangga danterusmendesak ke depan, semakin menghancurkan dan mencekik mereka yang terjebak di depan.

Frederick Graham, juru kunci, mencoba mengurai massa anak-anak yang terperangkap, tetapi mendapati bahwa beratnya terlalu berat untuk diangkat.

Graham berlari menaiki tangga lain dan berhasil memimpin sekitar 600 anak-anak ke tempat yang aman melalui jalan keluar lain.

Sekitar waktu yang sama, orang-orang dewasa di lantai dasar menyadari bahwa ada anak-anak yang terperangkap di belakang pintu.

Mereka mulai menarik anak-anak satu per satu melalui pintu.

Ketika lebih banyak orang dewasa datang untuk membantu, tangga berhasil dibersihkan dalam waktu setengah jam.

Baca Juga: Agency of the Year Awards 2019: Hakuhodo Network Indonesia Tuai Prestasi, Masuk 11 Kategori dan Menangkan 8 di Antaranya

Sebanyak 183 anak-anak, terdiri dari 114 laki-laki dan 69 perempuan, kehilangan nyawa mereka hari itu.

Korban termuda Dorothy B. Buglass dan Margaret Thompson, baru berusia 3 tahun, sedangkan yang tertua, Annie Redmond, berusia 14 tahun.

Semua anak meninggal karena asfiksia.

Beberapa keluarga kehilangan semua anak-anak mereka, sementara seluruh kelas Alkitab di Sekolah Minggu setempat kehilangan 30 muridnya selama tragedi itu.

Salah seorang yang selamat dari Victoria Hall Stampede adalah William Codling Jr., yang darinya kami memiliki laporan langsung tentang insiden tersebut. Codling lahir pada 1876 dan berusia enam atau tujuh tahun, ia menghadiri pertunjukan di Victoria Hall pada 1883. Catatannya tentang Victoria Hall Stampede ditulis pada Desember 1894, 11 tahun setelah kejadian.

Ratu meminta untuk terus diberi informasi tentang pemulihan korban dan mengirimkan pesan belasungkawa kepada keluarga yang terkena dampak tragedi itu.

Pemakaman berlangsung dari Selasa hingga Jumat, dan selama periode ini, semua bisnis di Sunderland ditutup sebagai tanda penghormatan.

Sumbangan yang diterima digunakan terutama untuk menutupi biaya pemakaman dan sisanya digunakan untuk mendirikan patung peringatan bagi para korban.

Patung marmer ini diukir oleh WG Brooker dan menggambarkan seorang wanita yang sedang bersedih dengan seorang anak yang sudah meninggal di pangkuannya, terinspirasi oleh patung klasik Niobe.

Dalam beberapa tahun terakhir, upacara peringatan bagi para korban Victoria Hall Stampede diadakan setiap tahun pada tanggal 16 Juni.

Salah satu konsekuensi dari Victoria Hall Stampede adalah disahkannya undang-undang di parlemen yang mengharuskan semua tempat hiburan publik memiliki pintu keluar yang cukup dan bahwa semua pintu keluar harus terbuka ke luar dan mudah dibuka.

Hasil positif lain dari tragedi ini adalah ditemukannya push bar,pengaman pintu yang bisa mudah dibuka 'yang menyelamatkan'.

Baca Juga: Kayla Mueller, Perempuan Muda di Balik Nama Operasi yang Tewaskan Pimpinan ISIS, Diculik dan Dirudapaksa Berulang Kali oleh Baghdadi

Artikel Terkait