Advertorial

Protein Memang Dibutuhkan Dalam Jumlah Besar, Tapi Waspadai Bahayanya Jika Kebanyakan Protein, Kasusnya Banyak Terjadi di Indonesia

Nieko Octavi Septiana
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Protein adalah salah satu makronutrien, dibutuhkan dalam jumlah besar, yang terdiri dari sejumlah asam amino.
Protein adalah salah satu makronutrien, dibutuhkan dalam jumlah besar, yang terdiri dari sejumlah asam amino.

Intisari-Online.com -Sejak kecil, kita diajarkan bahwa protein berperan untuk perbaikan sel tubuh.

Tapi selain itu, protein juga memiliki fungsi besar lainnya dalam kehidupan, misalnya berperan dalam metabolismehingga membantu sistem kekebalan tubuh.

Protein adalah salah satu makronutrien, dibutuhkan dalam jumlah besar, yang terdiri dari sejumlah asam amino.

Kita membutuhkan 10 hingga 35 persen protein dari total konsumsi harian.

Baca Juga: Hanya Bayar dengan Tumpukan Sampah Plastik, Anda Bisa Makan Dengan Puas di Warung Makan Ini

Ketika kebutuhan protein berkualitas tercukupi sesuai kebutuhan, tubuh akan tumbuh secara optimal, mineralisasi tulang akan maksimal, otot terpelihara, dan lainnya.

Bagi anak, kecukupan protein berkualitas juga berdampak pada pertumbuhan.

"Di Indonesia, (memenuhi) 10 sampai 15 persen protein sudah bagus.

35 persen masih aman tapi harus dihitung antara bayi, anak dan dewasa berapa maksimal protein yang masuk."

Baca Juga: Kasus Ijazah Ditahan Saat Masuk Kerja: Jangan Takut, Ini Dasar Hukumnya

Hal itu diungkapkan oleh Pakar gizi dari Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc pada acara media workshop di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (4/11/2019).

Mendiskusikan soal perlunya asupan protein berkualitas yang cukup, sudah sering dilakukan.

Namun, tahukah kamu bahwa asupan protein berlebih juga tidak dianjurkan?

Kasus ini rupanya cukup banyak terjadi di Indonesia, umumnya pada orang dewasa.

Saptawati menjelaskan, kelebihan asupan protein akan membuat kerja organ tubuh berlebihan sehingga memicu terjadinya gangguan fungsi.

Beberapa gejala dan dampaknya antara lain: Rasa tidak nyaman atau mual di perut karena terlalu banyak mencerna protein.

Hal ini paling terasa pada organ lambung. Asam amino dari protein yang sudah diserap oleh usus akan didistribusikan ke seluruh tubuh oleh hati.

Ketika asupan protein berlebih, hati akan kerepotan sehingga sel-selnya bekerja terlalu berat dan lama-lama akan rusak.

Pada akhirnya, fungsi hati akan terganggu. Sisa-sisa protein akan dibuang melalui ginjal.

Namun, asupan protein berlebih akan membuat ginjal kesulitan menyaringnya.

Baca Juga: Kisah Dramatis Pratu Suparlan, Hadapi Ratusan Fretilin Sendirian Demi Biarkan Prajurit Kopassus Lainnya Meloloskan Diri

Pada akhirnya saringan pada ginjal akan bocor dan membuat protein keluar melalui kencing.

Warna air seni pun bisa berubah menjadi keruh karena protein.

"Seharusnya kencing itu tidak ada protein."

"Lama-lama, bahkan enggak usah kebanyakan protein, semua protein juga akan bocor karena ginjal sudah bocor," tuturnya.

Agar tak kelebihan protein Pastikan asupan protein sesuai kebutuhan tubuh.

Jika rata-rata kebutuhan kalori harian adalah 2000 KKal, maka usahakan mengonsumsi protein minimal 10 persennya atau sekitar 200 kalori.

Jika dikonversikan maka menjadi sekitar 50 gram (protein per gram menghasilkan 4 kalori).

"Itu diterjemahkan, misalnya dengan konsumsi daging berapa gram, dari susu berapa," kata Saptawati.

Jangan lupa pula untuk memilih sumber-sumber protein berkualitas. Piramida gizi seimbang bisa menjadi acuan.

Beberapa sumber protein yang baik dikonsumsi antara lain daging tanpa lemak, ikan, makanan laut, telur, daging, unggas, kacang-kacangan, hingga susu.(Nabilla Tashandra)

Baca Juga: Seorang Wanita Bagikan Cerita di Balik Foto 'Sempurna' di Media Sosial Tentang Ibu Muda dan Anak Perempuannya di Kolam Renang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Waspada, Kelebihan Konsumsi Protein Sebabkan Gangguan Organ Tubuh

Artikel Terkait