Advertorial

Kisah Nenek Luspina, Tinggal di Tanah Penghasil Kain Tenun Mahal, Tapi Hidupnya Menahan Lapar di Gubuk Reyot

K. Tatik Wardayati
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Nenek Luspina Sana (78), warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, hidup di gubuk reyot tanpa listrik.
Nenek Luspina Sana (78), warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, hidup di gubuk reyot tanpa listrik.

Intisari-Online.com – Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang setiap pulaunya mempunyai daya khasnya tersendiri dalam memperkaya daerah tersebut.

Seperti di NTT, yang banyak warganya menghasilkan pendapatan daerah dari tenunan khas yang harganya tidak murah.

Namun, faktanya, meski hasil dari sebuah tenunan itu tidak murah, masih ada warganya yang tinggal di gubuk reyot bahkan tanpa makan.

Nenek Luspina Sana (78), warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, sudah 6 tahun hidup sebatang kara di gubuk reyot tanpa listrik.

Baca Juga: Viral Keluarga yang Tinggal di Gubuk Tapi Punya Sepeda Motor CBR, Rupanya Beginilah Kisah Sebenarnya!

Nenek Luspina hidup menyendiri sejak sang suami, Yosef Lawe, meninggal 6 tahun silam.

Suaminya bekerja menjaga dan membersihkan kuburan Islam di Kelurahan Wolomorang.

Nenek Luspina tidak bisa melanjutkan pekerjaan sang suami.

Sejak suaminya meningggal, nenek Luspina memilih bertahan di gubuk reyot yang dibangun di kompleks pekuburan.

Baca Juga: Rumah Dijual Mertua, Keluarga Ini Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam, Keseharian Mencari Ubi di Hutan untuk Makan

Ia hidup sebatang kara di gubuk reyot yang berukuran 2x3 itu. Gubuknya itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratapkan seng. Dinding dan atap gubuk itu sudah rusak.

Langit-langi gubuk itu penuh sarang laba-laba. Atap seng bagian dalam hitam pekat akibat asap saat masak menggunakan kayu api.

Ditambah lagi asap lampu pelita sebagai sumber penerangan gubuk nenek Luspina. Hidup tanpa suami membuat nenek Luspina tambah sengsara.

Ia hidup melarat. Untuk dapat sesuap nasi saja susah.

Baca Juga: 'Kami Mati Hidup di Sini. Mau Keluar, ke Mana?' Ini Kisah Tobias yang Tinggal Bersama Istri dan 9 Anaknya di Gubuk Reyot dalam Kondisi Sulit

“Saat ada suami dulu, kami kerja apa saja untuk bisa beli beras. Sekarang, hidup saya semakin sengsara. Untuk makan, saya ini susah sekali. Untuk makan saya terkadang tunggu belas kasih tetangga,” tutur nenek Luspina, kepada Kompas.com, Selasa (22/10/2019.

Agar bisa membeli beras, nenek Luspina menggantungkan hidupnya dari satu pohon mente yang tumbuh di depan gubuknya. Biji mente itu dijualnya, satu kilo sampai dua kilo.

“Belum lama ini saya ada jual mente dan uang ada Rp 300.000. Tetapi, pas saya tidur siang, uang itu dicuri orang. Sekarang sudah tidak ada uang lagi. Mau beli beras sudah tidak bisa. Jadinya tunggu orang kasih baru bisa makan. Kalau tidak, ya saya tahan saja rasa lapar,” ungkap nenek Luspina, sembari menggosok air matanya.

Tidak hanya makan, untuk memperoleh air minum juga nenek Luspina sangatlah susah.

Baca Juga: Kisah Haru Jodi, Bocah 7 Tahun ke Sekolah Pakai Baju Kotor dan Tanpa Alas Kaki, Serta Tinggal di Gubuk Kecil

Begitupula minyak tanah dan kayu api. Letak rumah nenek Luspina masuk dalam wilayah Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka. Jarak dari kantor pemerintahan sekitar 2 kilometer. (Nansianus Taris)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Nenek Luspina, Hidup Menahan Lapar di Gubuk Reyot Tanpa Listrik"

Artikel Terkait