Advertorial

Putus Asa Bikin Bayi Berhenti Menangis, Sang Pengasuh Cekoki Bayi dengan Ini hingga Berujung Kematian

K. Tatik Wardayati
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Tapi, bila cabai pedas dicekoki pada anak balita, rasanya ini tidak wajar, hingga membuat orang yang membacanya pun marah.
Tapi, bila cabai pedas dicekoki pada anak balita, rasanya ini tidak wajar, hingga membuat orang yang membacanya pun marah.

Intisari-Online.com – Kalau orang dewasa menjadi penyuka pedas, rasanya wajar saja, untuk menambah nafsu makan.

Tapi, bila cabai pedas dicekoki pada anak balita, rasanya ini tidak wajar, hingga membuat orang yang membacanya pun marah.

Kisah ini terjadi di negara tetangga, yaitu Malaysia, ketika seorang pengasuh bingung bagaimana mendiamkan anak asuhnya sejak bayi itu yang menangis terus.

Muhammad Afif Kamarol Azli, yang berusia dua setengah tahun sakit pada pagi hari itu, 13 Juni 2018.

Baca Juga: Keji, Pengasuh Ini Campur Zat Berbahaya ke Dalam Susu Bayi yang Diasuhnya, Beruntung Orang Tua Temukan Hal Aneh Ini Dalam Botol Susu yang Sudah Siap Diberikan kepada Anaknya

Ia tidak berhenti merengek, meskipun sudah ditenangkan oleh pengasuhnya, yaitu tertuduh Asmarani Ghazali.

Wanita pengasuh itu tidak tahu lagi bagaimana cara menenangkan anak asuhnya itu hingga ia lalu mengeluarkan cabai hijau dari kulkas, memecahnya menjadi dua dan memasukkannya ke mulut anak itu untuk membuatnya berhenti menangis.

Asmarani, ibu tiga anak, yang telah merawat Afif selama dua tahun itu, awalnya mengaku tidak bersalah ketika didakwa dengan pembunuhan.

Namun akhirnya ia mengaku bersalah atas tuduhan itu setelah dibacakan di hadapan hakim Pengadilan Tinggi Datuk AbuBakar Jais di Seremban, seperti dilansir dari The Star.

Baca Juga: Dianggap Dilakukan Orang Tua Baik dan Penyayang, 7 Kesalahan Pengasuhan Ini Justru Hancurkan Kepercayaan dan Harga Diri Anak

Sementara itu di kota Apple Valley, California, sekitar Januari 2013, seorang wanita ditangkap karena kematian seorang anak berusia dua tahun setelah diduga meracuni gadis kecil itu dengan bubuk cabai.

Menurut Los Angeles Times, meskipun penyebab kematian belum dipastikan, karena harus menunggu sampai dilakukan otopsi, namun balita Joileen, meninggal di rumah sakit setelah ia disiksa dengan cabai.

The Times menyebutkan bahwa wanita itu mungkin menggunakan campuran pedas sebagai bentuk disiplin.

Sebagai senjata pembunuh, bubuk kematian dari cabai ini mungkin terlihat agak aneh.

Baca Juga: Pengasuhnya Salah Memakaikan 'Car Seat', Balita Ini Alami Mati Otak

Tetapi, seorang kimiawan analitik yang menggunakan nama samaran Dr. Rubidium, dalam blognya Double X Science, menyebutkan bubuk cabai mengandung capsaicin kimia, dan dalam konsentrasi yang cukup tinggi, menjadi neurotoxin yang mematikan.

Cabai adalah bagian dari keluarga capsicum tanaman, dan bahan kimia inilah yang memberi mereka rasa panas.

Menurut Dr. Rubidium, makan capsaicin yang cukup tidak hanya menghasilkan panas, tetapi juga menyebabkan kulit dan selaput lendir membengkak.

Terlalu banyak juga dapat menyebabkan muntah dan diare. Dalam satu kasus, seorang anak berusia 8 bulan meninggal ketika makan cabai merah memberinya serangan jantung.

Baca Juga: Tragis! Bayi 10 Bulan Ini Ditemukan Tertelungkup Meninggal Setelah 30 Menit Ditinggalkan Pengasuhnya

Menurut Times, balita muda yang kesulitan makan bubuk tanpa sengaja menghirupnya.

Dosis cabai bubuk, kata Dr. Rubidium, dapat menyebabkan Anda berhenti bernapas saat saluran udara mengerut.

Bahkan, katanya, menghirup bubuk apa pun, dari lada hitam ke pasir ke mustard, bisa mematikan, dan beberapa anak meninggal setelah lada hitam digunakan untuk menghukum mereka.

Lalu, apakah kematian balita dari California dan Malaysia tadi disebabkan oleh upaya pendisiplinan yang dilakukan oleh pengasuhnya?

Baca Juga: Balita Meninggal Keracunan Garam Akibat Ulah Pengasuh: Hati-hati, Kelebihan Garam Bisa Picu Penyakit Berbahaya

Yang jelas, berdasarkan kasus di atas, perlu diingat bahwa Anda tidak boleh memberi makan bubuk cabai kepada balita Andna.

Dan menghukum anak-anak dengan rempah-rempah yang menyakitkan dan berpotensi mematikan, bukanlah ide yang cerdas.

Artikel Terkait